Ragam Tari Bebasoh dan Belidak Hiasi BFest ke-4: Kekayaan Budaya Pontianak

Tari Bebasoh dan Belidak Hiasi BFest ke-4: Kekayaan Budaya Pontianak

13
0

Pagelaran Budaya BFest ke-4: Kehidupan dan Filosofi dalam Tari Bebasoh dan Belidak

Pagelaran Budaya BFest ke-4 yang diadakan pada 18/10/2025 menampilkan berbagai tarian khas daerah, salah satunya dua karya tari unggulan dari Sanggar Bougenville, yaitu Tari Bebasoh dan Tari Belidak. Kedua tarian ini berhasil memukau penonton dengan gerakannya yang penuh makna serta filosofi yang lekat dengan kehidupan masyarakat Kota Pontianak.

Tari Bebasoh: Penghormatan terhadap Sungai sebagai Sumber Kehidupan

Tari Bebasoh, yang pertama kali diciptakan pada tahun 2011, menggambarkan kehidupan masyarakat Pontianak yang erat dengan sungai. Tarian ini menjadi bentuk penghormatan terhadap sumber kehidupan yang telah lama menjadi bagian dari keseharian warga kota.

“Tari bebasoh itu mengambil dari kota Pontianak yang terdiri dari sungai-sungai. Dimana masyarakat kota Pontianak itu sering mandi, mencuci itu dicuci. Jadi inspirasi nya bagaimana sebagian masyarakat kota Pontianak memanfaatkan sungai sebagai sumber kehidupan,” ungkap Yuza selaku Kepala Sanggar Bougenville saat diwawancarai.

Gerak dan musik pada Tari Bebasoh menggambarkan aktivitas masyarakat yang berinteraksi dengan sungai, mulai dari mencuci, mandi, hingga mengambil air. Hal ini membuat tarian tersebut tidak hanya menampilkan estetika gerak, tetapi juga nilai budaya yang mendalam. Setiap hentakan kaki dan kibasan tangan menggambarkan dinamika kehidupan masyarakat sungai yang sederhana namun penuh semangat.

Tari Belidak: Simbol Perlindungan dan Keteguhan Masyarakat

Selain Bebasoh, penampilan Tari Belidak juga turut menyita perhatian pengunjung. Tarian ini diciptakan pada tahun 2014 dan memiliki filosofi yang berakar dari tradisi masyarakat masa lampau.

“Belidak adalah alat untuk mengusir yang sifatnya roh halus ataupun kejahatan (pada masa lampau). Tari belidak sendiri diciptakan pada tahun 2014,” jelas Yuza.

Makna dari Belidak sendiri tak lepas dari kebiasaan masyarakat Pontianak tempo dulu yang memanfaatkan benda sederhana sebagai simbol perlindungan diri.

“Yang saya survei dulu dari Pontianak Timur ke Barat itu orang-orang dulu (belidak) dipakai untuk meronda malam ataupun dipakai sebagai ganjalan pintu. Karena dulu Pontianak masih hutan, masih banyak kuntilanak jadi itu (belidak) dipakai sebagai penangkal,” tambahnya.

Tarian Belidak menjadi simbol keteguhan masyarakat menghadapi tantangan alam dan keyakinan spiritual di masa lalu. Gerakannya menggambarkan kekuatan, keberanian, serta keinginan untuk menjaga harmoni antara manusia dan alam. Dalam konteks kekinian, Tari Belidak menghadirkan pesan agar masyarakat tidak melupakan akar tradisi yang menjadi bagian dari identitas budaya.

Pesan Budaya dan Pendidikan bagi Generasi Muda

Kedua tarian tersebut tidak hanya menjadi tontonan yang menarik, tetapi juga pembelajaran bagi generasi muda mengenai sejarah dan nilai-nilai lokal yang hidup di tengah masyarakat Pontianak. Sanggar Bougenville menampilkan tarian ini sebagai bentuk apresiasi terhadap warisan leluhur dan bentuk pelestarian budaya yang terus dijaga hingga kini.

Acara BFest ke-4 ini juga bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun Sanggar Bougenville yang ke-41, serta dirangkaikan dengan Pekan Kebudayaan Daerah ke-5 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak. Momen ini sekaligus menjadi bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun Kota Pontianak yang ke-254.

Antusiasme Penonton dan Harapan Masa Depan

Kemeriahan acara terlihat dari antusias penonton yang memadati area pagelaran. Tepuk tangan meriah mengiringi setiap gerak tari yang ditampilkan, menandakan apresiasi masyarakat terhadap kekayaan budaya lokal.

Salah satu penari muda, Raya (13), yang ikut menarikan Belidak, menyampaikan harapannya agar acara seperti ini terus dilaksanakan.

“Semoga BFest selanjutnya bisa lebih meriah dari tahun ini, terus semakin sukses BFest semakin lancar,” ujarnya dengan semangat.

Pagelaran BFest ke-4 menjadi bukti nyata bahwa tradisi dan seni tari daerah masih memiliki tempat di hati masyarakat. Melalui karya seperti Bebasoh dan Belidak, Sanggar Bougenville berhasil menjaga nyala api kebudayaan Pontianak agar tetap hidup di tengah arus modernisasi.

Lebih dari sekadar pertunjukan, tarian-tarian tersebut menjadi wujud refleksi atas perjalanan budaya Pontianak yang terus berkembang dari masa ke masa. Dengan mengangkat makna kehidupan sungai dan nilai perlindungan diri masa lampau, kedua tarian ini mengajarkan pentingnya mengenal jati diri melalui seni.

BFest ke-4 pun menjadi wadah bagi para seniman muda untuk mengekspresikan kreativitas dan cinta terhadap daerahnya. Acara yang digelar rutin setiap tahun ini juga diharapkan dapat menjadi magnet wisata budaya serta ruang bagi regenerasi seniman lokal.

Melalui semangat kebersamaan dan pelestarian budaya, BFest tahun ini meninggalkan pesan mendalam: bahwa warisan lokal bukan hanya untuk dikenang, melainkan untuk terus dihidupkan melalui karya yang bermakna.


TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini