

Kontribusi Seni untuk Kepentingan Pendidikan
Sebagai bagian dari upaya mendukung pengembangan pendidikan dan budaya, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana mengumumkan bahwa lukisan karya ibunya, Kartini Basuki, akan dilelang dalam acara Adicitra Ganesha. Acara ini bertujuan untuk memberikan kontribusi nyata bagi Program Dana Lestari Institut Teknologi Bandung (ITB). Dengan demikian, seni tidak hanya menjadi ekspresi keindahan, tetapi juga alat untuk memperkuat perekonomian kreatif dan diplomasi budaya Indonesia.
Lukisan yang berjudul Sukulen memiliki makna mendalam. Menurut Widiyanti, karya ini terinspirasi oleh tanaman sukulen yang tumbuh di batang pohon tua dan kering kerontang. Simbol ini merepresentasikan keteguhan hidup di tengah perjalanan waktu. “Ia berdiri anggun seperti seorang putri yang menantang usia, memancarkan keindahan dan kekuatan dari kesederhanaannya,” ujarnya dalam acara yang digelar di Aula Timur ITB, Jalan Ganesha, Kota Bandung, Minggu, 19 Oktober 2025.
Widiyanti berharap agar hasil lelang dapat dimanfaatkan dengan bijak. Ia menilai bahwa acara seperti Adicitra Ganesha bukan hanya ajang pameran karya seni, tetapi juga ruang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif dan memperkuat citra budaya Indonesia di dunia internasional.
Karya-karya yang Menggambarkan Peran Ibu
Selain lukisan Kartini Basuki, ada pula karya trimatra berjudul Ibu dari seniman legendaris I Nyoman Nuarta. Karya ini menggambarkan peran besar seorang ibu dalam kehidupan anaknya. Sosok ibu digambarkan secara abstrak sedang mengangkat anaknya dengan kedua tangan, simbol kuat dari kasih sayang yang tulus dan tanpa syarat. Anak tersebut divisualisasikan dalam posisi menyambut pelukan sang ibu, menciptakan suasana hangat dan penuh cinta antara keduanya.
Karya-karya yang dipamerkan dalam Adicitra Ganesha dilelang secara virtual melalui situs resmi adicitraganesha.com. Hasil lelang akan digunakan untuk mendukung Program Dana Lestari yang dikelola oleh Badan Pengelola Usaha dan Dana Lestari (BPUDL) ITB bekerja sama dengan komunitas alumni Salam Ganesha.
Apresiasi atas Kolaborasi
Rektor ITB Prof Tatacipta Dirgantara memberikan apresiasi atas kolaborasi berbagai pihak dalam mewujudkan Adicitra Ganesha sebagai panggung seni dan filantropi. Menurutnya, acara ini bukan hanya ajang pamer karya dari para maestro seni, tetapi juga bentuk nyata upaya kolektif dalam membangun keberlanjutan pendidikan. “Diharapkan ke depannya, momentum ini mampu menyatukan kekuatan seni, teknologi, masyarakat, dan budaya dalam satu harmoni,” ucap Tata.
Kurator Adicitra Ganesha Abdul Sobur menjelaskan bahwa lelang sudah berlangsung dan akan ditutup pada 21 Oktober 2025. Sejak lelang dibuka pada 8 Oktober 2025, harga tawar termahal disematkan pada lukisan karya maestro Srihadi Soedarsono, yaitu Rp 2,6 miliar. “Melalui setiap karya, Adicitra Ganesha menampilkan dialog harmonis antara kearifan tradisi dan kemajuan teknologi, serta menghadirkan gaya hidup kontemporer yang berakar pada budaya,” ujar Sobur.
Pameran yang Menampilkan Berbagai Disiplin Seni
Pameran Adicitra Ganesha menampilkan berbagai karya lintas disiplin, seperti lukisan, instalasi, desain produk, kriya kontemporer, dan perhiasan yang mencerminkan semangat inovasi dan keindahan khas Indonesia. Beberapa nama yang turut berpartisipasi antara lain I Nyoman Nuarta, AD Pirous, Ahmad Sadali, Umi Dachlan, Kaboel Suadi, G Sidharta, serta pelaku desain kontemporer seperti Marintan Sirait, Fatchurohman, Dian Widiawati, Natas Setiabudhi, Bana Nusantara, dan Ken Atik.
Setiap karya yang dilelang memiliki cerita, visi, dan makna mendalam. Pameran ini menjadi penegas bahwa kekayaan, keragaman, dan kearifan lokal bangsa adalah sumber kreativitas tak terbatas yang memperkuat identitas budaya dan daya saing Indonesia di kancah global.























































