Nasional Emas Turun Lagi, Dolar AS Naik, Ini Prediksi Harga Emas 2026

Emas Turun Lagi, Dolar AS Naik, Ini Prediksi Harga Emas 2026

62
0

Pergerakan Harga Emas Pasca Penguatan Dolar AS

Harga emas dunia mengalami penurunan signifikan setelah sempat mencapai level tertinggi dalam beberapa waktu terakhir. Penurunan ini terjadi karena dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat, yang dipicu oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyatakan bahwa tarif penuh terhadap China tidak akan berlangsung lama.

Kondisi ini memicu perubahan arah pasar, di mana investor mulai beralih dari aset safe haven seperti emas ke dolar yang kembali menarik. Pantauan pasar emas dunia pada Senin, 20 Oktober 2025 hingga pukul 06.00 WIB menunjukkan bahwa harga emas di pasar spot naik tipis sebesar 0,16% menjadi US$4.255,37 per troy ounce. Namun, kenaikan ini tidak mampu menutupi penurunan tajam yang terjadi pada sesi sebelumnya, Jumat 17 Oktober 2025 lalu, ketika harga emas anjlok sebesar 1,77% ke posisi US$4.248,73 per troy ounce.

Sebelumnya, emas sempat mencetak rekor tertinggi baru di US$4.378,69, namun kemudian turun drastis hingga menyentuh titik terendah intraday di US$4.186,28. Penurunan emas lebih dari 2% pada akhir pekan lalu disebabkan oleh penguatan dolar AS dan komentar Presiden Trump yang menenangkan pasar terkait kebijakan tarif terhadap China.

Pada saat yang sama, indeks dolar AS meningkat sebesar 0,10% menjadi 98,43, menandai pembalikan arah setelah tiga hari melemah. Menguatnya dolar membuat harga emas, yang diperdagangkan dalam mata uang tersebut, menjadi lebih mahal bagi investor asing, sehingga permintaan logam mulia itu ikut menurun.

Meskipun sempat tertekan, emas sebelumnya berada di jalur untuk mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak krisis finansial global 2008. Tai Wong, pedagang logam independen, menyatakan bahwa nada Trump yang lebih lunak sejak pengumuman awal tarif 100% telah sedikit meredakan ketegangan dalam perdagangan logam mulia. Trump juga memastikan adanya pertemuan dengan pejabat China, yang memberi sinyal menurunnya risiko perang dagang kedua negara.

Hingga kini, emas telah menguat lebih dari 64% sepanjang tahun 2025, didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik, pembelian agresif bank sentral, arus besar ke ETF emas, serta tren dedolarisasi global. Harapan terhadap penurunan suku bunga AS juga terus menopang permintaan emas sebagai aset tanpa imbal hasil tetap.

Suki Cooper, kepala riset komoditas global dari Standard Chartered Bank, memprediksikan harga emas akan rata-rata di kisaran US$4.488 per troy ounce pada 2026, dengan potensi kenaikan lebih lanjut akibat faktor struktural seperti kebijakan moneter longgar dan ketidakpastian ekonomi global. Sementara itu, HSBC memperbarui proyeksi harga emas 2025 menjadi US$3.455 per troy ounce, dan memperkirakan emas dapat menembus US$5.000 pada 2026, didorong oleh pelemahan dolar dan ketegangan geopolitik yang masih berlanjut.

Di sisi lain, ANZ Bank memproyeksikan harga emas mencapai puncaknya di US$4.600 per troy ounce pada Juni 2026, sebelum berangsur turun di paruh kedua tahun seiring dengan berakhirnya siklus pelonggaran suku bunga The Fed serta meningkatnya kepastian ekonomi global.

Meski harga sempat berfluktuasi, permintaan emas fisik di Asia tetap tinggi, terutama di India yang tengah memasuki musim festival. Premi emas di negara tersebut bahkan menyentuh level tertinggi dalam satu dekade, tanda bahwa di tengah ketidakpastian global, logam mulia ini tetap menjadi simbol keamanan finansial yang paling dipercaya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini