Ragam Renungan Katolik: Hidup Tak Bergantung pada Kekayaan

Renungan Katolik: Hidup Tak Bergantung pada Kekayaan

57
0

Renungan Katolik Hari Ini: Hidup Tidak Terkait dengan Kekayaan

Mari kita simak renungan Katolik hari ini, yang disampaikan pada Senin 20 Oktober 2025. Tema renungan kali ini adalah bahwa hidup tidak tergantung pada kekayaan. Renungan ini disiapkan untuk hari Senin Biasa XXIX, yang merayakan Santa Maria Bertilla Boscardin, Pengaku Iman, Santa Irene dari Portugal, Martir, dan Maria-Teresia Soubiran, Pengaku Iman. Warna liturgi yang digunakan adalah hijau.

Bacaan Liturgi

Bacaan Pertama:

Romawi 4:20-25

Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Kata-kata ini, yaitu “hal ini diperhitungkan kepadanya,” tidak ditulis untuk Abraham saja, tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.

Mazmur Tanggapan:

Lukas 1:69-70,71-72,73-75

Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus, untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita.

Bait Pengantar Injil:

Ref. Alleluya

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Alleluya.

Bacaan Injil:

Lukas 12:13-21

Sekali peristiwa Yesus mengajar banyak orang. Salah seorang dari mereka berkata kepada Yesus, “Guru, katakanlah kepada saudaraku, supaya ia berbagi warisan dengan daku.” Tetapi Yesus menjawab, “Saudara, siapa yang mengangkat Aku menjadi hakim atau penengah bagimu?”

Kata Yesus kepada orang banyak itu, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan! Sebab walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya itu.”

Kemudian Ia menceritakan kepada mereka perumpamaan berikut, “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya, ‘Apakah yang harus kuperbuat, sebab aku tidak punya tempat untuk menyimpan segala hasil tanahku.’

Lalu katanya, ‘Inilah yang akan kuperbuat: Aku akan merombak lumbung-lumbungku, lalu mendirikan yang lebih besar, dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum serta barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya. Beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!’

Tapi Allah bersabda kepadanya, ‘Hai orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu. Bagi siapakah nanti apa yang telah kausediakan itu?’ Demikianlah jadinya dengan orang yang menimbun harta bagi dirinya sendiri, tetapi ia tidak kaya di hadapan Allah.”

Renungan Harian Katolik

Dalam injil Lukas (12:13-21) hari ini, Yesus mengingatkan bahwa walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung pada kekayaannya itu (Luk 12:15b). Apakah kita termasuk orang yang tamak, loba, atau serakah akan harta? Kata tamak artinya selalu ingin beroleh banyak (harta, dan sebagainya) untuk diri sendiri. Tamak adalah sifat yang bisa melekat pada sebagian orang di dunia ini dan sifat ini berbahaya bagi hidup manusia. Itulah sebabnya, kepada orang banyak Yesus berkata, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan! Sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaannya itu (Luk 12:15).”

Ketamakan itu berbahaya. Oleh karena itu, Yesus minta agar waspada terhadapnya. Ketamakan membuat orang ingin memperoleh harta sebanyak-banyaknya. Sekalipun ia telah memiliki harta yang banyak, ia tidak pernah berhenti mencari dan mencarinya. Kalaupun ia berhenti, ia ingin menikmatinya bagi diri sendiri, seolah-olah itulah yang menjadi tujuan hidupnya, seperti disampaikan Yesus dalam perumpamaan Injil hari ini (ay. 16-21).

Santo Yohanes Maria Viani (1786-1859) mengatakan cukup keras bahwa seorang yang tamak itu seperti seekor babi yang mencari makanannya dalam lumpur. Ia tidak peduli dari mana makanan itu berasal. Ia membungkuk ke tanah dan menyosor (memakan) semua makanan sampai habis. Demikianlah seorang yang tamak. Ia hanya memikirkan diri sendiri, perutnya sendiri. Ia tidak sempat memikirkan bahkan keselamatan jiwanya. Ia terus bekerja dan bekerja demi harta hingga tidak punya waktu untuk berdoa dan merayakan Misa.

Tepatlah jika Santo Yohanes Maria Viani mengatakan bahwa seorang yang tamak tidak lagi memandang ke surga, karena kebahagiaannya sudah tidak lagi di sana. Kebahagiaannya ditemukan dalam harta. Jika harta hilang, kebahagiaan pun melayang. Seorang yang tamak tidak melakukan sesuatu pun yang baik bagi keselamatan jiwanya, bahkan sampai di akhir hidupnya.

“Lihatlah, betapa rakus ia mengumpulkan harta kekayaan, betapa dengan penuh hasrat ia menyimpannya dan betapa berdukanya apabila ia kehilangan hartanya,” kata Santo Yohanes Maria Viani. Bagi orang yang rakus, tamak, loba atau serakah, ia tidak rela kehilangan hartanya. Ia tidak rela jika diminta untuk berbagi dengan sesamanya. Jika memberi pun tidak menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang murah hati dan mau berbagi dengan kasih nan murni. Ia tetap saja menunjukkan sifat kikir, karena orientasi hidupnya adalah menjadi kaya bagi diri sendiri atau bagi keluarganya.

Kunci Hidup di Zaman Konsumerisme

Lantas apakah menjadi kaya bagi keluarganya adalah suatu usaha yang dilarang? Tidak. Tidak pernah ada hukum atau larangan untuk menjadi kaya. Yesus hanya mengingatkan bahwa walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaannya itu (Luk 12:15b). Makanya, pemazmur bani Korah juga mengingatkan, “Janganlah takut, apabila seseorang menjadi kaya, apabila kemuliaan keluarganya bertambah, sebab pada waktu matinya semuanya itu tidak akan dibawanya serta, kemuliaannya tidak akan turun mengikuti dia (Mzm 49:17-18).”

Kalau demikian apa yang mesti menjadi kunci atau pegangan hidup di zaman konsumerisme ini? Sebab, bagaimana pun juga, yang namanya harta itu tetap merupakan sarana yang dibutuhkan dalam hidup ini. Ada kunci ganda: Pertama, “Apabila harta makin bertambah, janganlah hatimu melekat padanya” (Mzm 62:11). Sebab, pada waktu mati tidak akan dibawanya serta. Kedua, hidup tidaklah tergantung pada kekayaan duniawi. Oleh sebab itu, “Jadilah kaya di hadapan Allah,” kata Yesus. Bagaimana caranya?

Bagaimana menjadi kaya di hadapan Allah? Menurut St. Vinsensius de Paul, ada 5 jalan menjadi orang kaya di hadapan Allah yaitu kesederhanaan-rendah hati-kelembutan hati-mati raga-semangat berkarya kasih. Kesederhanaan berarti hidup dengan tidak menonjolkan kelebihan kita, tidak mengharapkan pujian dari orang lain dan setulus hati mengikuti arahan Tuhan. Rendah hati berarti menyadari diri bahwa sebenarnya segala hal yang ada pada diri kita adalah milik Tuhan. Kelembutan hati maksudnya sabar dan lembut dalam bersikap kepada orang lain. Mati raga yaitu tidak melekat terhadap apa yang kita cintai. Terakhir, karya kasih adalah puncak dari jalan menuju keselamatan. Dengan kata lain, caranya, ialah banyak berbuat baik. Sebab, orang yang sudah mati namun sewaktu hidup rajin berbuat baik, ia akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal (Yoh 5:28). Dalam hidup yang kekal, ia akan menikmati kebahagiaan sejati sebab ia telah berhasil menjadi kaya di hadapan Allah.

Doa

Tuhan, aku sering kali mementingkan keinginan duniawi daripada kehendak-Mu. Bantulah dan kuatkanlah aku agar memiliki kepedulian terhadap sesama serta mengutamakan kehendak-Mu. Amin.

Sahabatku yang terkasih, Selamat hari Senin. Selamat beraktivitas. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus….Amin.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini