
Penggunaan Gas Air Mata yang Tidak Bijaksana
Di Kota Jayapura, penggunaan gas air mata sebagai alat pengendali kerusuhan sering kali menjadi perdebatan. Meskipun alat ini digunakan untuk mengatasi situasi kritis, penggunaannya yang tidak tepat bisa menyebabkan dampak buruk yang serius. Paparan gas air mata dalam jumlah besar dan durasi lama dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti sesak napas hingga meninggal. Hal ini terjadi saat aparat kepolisian menembakkan gas air mata kepada peserta aksi demonstrasi dari Aliansi Mahasiswa Pemuda Peduli Tanah Adat Papua (AMPPTAP) di Kota Baru Abepura pada Rabu (15/10).
Banyak warga setempat, termasuk para pejalan kaki dan pengendara motor, mengeluh karena terkena asap gas air mata. Mata mereka terasa perih dan banyak yang mencoba menyiram wajah dengan air untuk mengurangi rasa sakit tersebut. Beberapa warga tampak marah dan tidak puas dengan tindakan aparat kepolisian.
Gas air mata yang ditembakkan oleh aparat kepolisian juga meledak di sekitar rumah dan ruko, sehingga mengakibatkan asap menyebar ke dalam permukiman warga. Seorang ibu mengungkapkan kekhawatirannya karena anak bungsu mereka mengalami sesak napas akibat asap yang masuk ke dalam rumahnya.
Dampak Terhadap Warga Sekitar
Ketua RT 1, RW 8 Kota Baru, Marselino Fanghoi mengatakan bahwa penggunaan gas air mata oleh aparat kepolisian sangat mengganggu kehidupan warga. Menurutnya, banyak rumah warga yang dipenuhi asap gas air mata. Ia menyesalkan karena penembakan gas air mata tidak tepat sasaran, mengingat lokasi aksi berada di lingkungan yang dekat dengan permukiman warga, termasuk anak-anak dan lansia yang rentan terhadap efek gas.
Asap yang menyebar ke permukiman warga menyebabkan mata terasa perih dan sulit bernapas. Banyak warga yang berebut air untuk mencuci mata mereka yang terluka. Beberapa bahkan lari keluar rumah karena asap terlalu banyak di dalam ruangan. Marselino menceritakan bagaimana seorang anak perempuan sempat mengatakan ayahnya sudah tidak bisa bernapas dan dalam kondisi setengah mati. Beruntung, orang tua tersebut cepat tertolong.
Kritik terhadap Penanganan Aksi
Penggunaan gas air mata yang tidak bijaksana selama aksi demonstrasi menunjukkan pentingnya evaluasi dalam penanganan situasi kerusuhan. Warga merasa tidak aman dan terancam oleh tindakan aparat kepolisian yang dinilai tidak memperhatikan keselamatan warga sekitar. Perlu adanya kesadaran lebih dalam penggunaan alat-alat pengendali kerusuhan agar tidak menimbulkan dampak negatif yang lebih besar.
Dalam situasi seperti ini, komunikasi antara pihak kepolisian dan masyarakat menjadi sangat penting. Penyampaian informasi yang jelas dan transparan dapat membantu mengurangi ketegangan dan menjaga keamanan bersama. Selain itu, pelibatan pihak-pihak terkait dalam proses pengambilan keputusan juga diperlukan agar tindakan yang diambil benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada.
Kesimpulan
Penggunaan gas air mata harus dilakukan dengan hati-hati dan tepat sasaran. Dampaknya tidak hanya terasa pada peserta aksi, tetapi juga pada warga sekitar yang tidak terlibat langsung dalam demonstrasi. Dengan penanganan yang lebih baik, diharapkan dapat menghindari konflik yang lebih besar dan menjaga kesehatan serta keselamatan masyarakat.























































