
Perdamaian di Tengah Rivalitas
Menjelang pertandingan besar antara Persebaya Surabaya dan Persija Jakarta di Stadion Gelora Bung Tomo, suasana yang tercipta justru menunjukkan kedamaian. Kedua kubu suporter, Bonek dan Jakmania, tampaknya telah memilih untuk menjalin perdamaian, bukan hanya dengan satu sama lain, tetapi juga dengan berbagai elemen suporter lain di seluruh Indonesia.
Capo Tessy, salah satu tokoh penting di kalangan Bonek, menyampaikan bahwa semangat rekonsiliasi kini mulai tumbuh di antara pendukung Persebaya. Ia menegaskan bahwa Bonek dan The Jak kini lebih fokus pada semangat perdamaian daripada rivalitas yang sebelumnya sering memicu ketegangan.
“Meskipun kita tidak sepaham, tapi jika Bonek sudah berdamai dengan The Jak, itu sudah cukup. Sekarang, ke mana pun teman-teman Bonek pergi, baik ke Tangerang, Bandung, atau mana saja, alhamdulillah tidak ada gesekan sama sekali,” ujar Capo Tessy dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube resmi Persebaya Surabaya.
Ia mengatakan bahwa perubahan ini menunjukkan bahwa Bonek kini lebih dewasa dan tidak mudah terpancing oleh provokasi. Menurutnya, chant seperti “Ayo Persebaya bikin malu Persija” hanyalah bagian dari adu mental di lapangan, bukan bentuk rasis atau permusuhan antarsuporter.
“Kalimat itu hanya untuk menghilangkan mental pemain lawan, bukan rasis atau mau perang,” tambahnya. Capo Tessy juga menekankan bahwa kini suporter lebih memahami perbedaan antara semangat kompetisi dan kebencian pribadi.
Bonek kini lebih tenang dalam merespons chant-chant lawan yang bersifat provokatif. Meski kadang ada rasa tidak nyaman mendengar nyanyian dari kubu lain, Bonek memilih untuk menanggapinya dengan senyum dan tepuk tangan.
“Sekarang enggak apa-apa, satu dua chant kita tepuk tangan saja. Kita balas dengan nyanyian semangat tanpa baper,” katanya. Menurutnya, atmosfer seperti ini justru membuat pertandingan lebih sportif dan menarik.
Capo Tessy juga menyebut bahwa perdamaian ini tidak hanya terjadi antara Bonek dan Jakmania. Ia menyebut bahwa kini sudah ada semangat persaudaraan dengan banyak suporter lain seperti dari Makassar, Semarang, Jogja, dan Bandung.
“Dulu Bonek dimusuhi suporter se-Indonesia, tapi sekarang pelan-pelan semua bisa menerima. Karena kita niat baik, dan kalau kita niat baik, insya Allah dibalas baik juga,” tegasnya.
Bagi Capo Tessy, perdamaian ini menjadi bukti bahwa sepak bola Indonesia bisa lebih beradab. Ia mengingatkan seluruh Bonek agar tetap menjaga ketertiban dan menghormati Stadion Gelora Bung Tomo sebagai rumah bersama. Menurutnya, GBT bukan sekadar tempat pertandingan, tapi simbol harga diri warga Surabaya.
“Kalau kalian rusak rumah sendiri, mau tinggal di mana lagi?” ujarnya menegaskan. Ajakan ini disambut positif oleh banyak suporter yang kini semakin aktif mengampanyekan slogan “Bawa Adem” di media sosial.
Performa Positif Persebaya Surabaya
Di sisi lain, Persebaya Surabaya sendiri sedang dalam performa positif. Dalam dua laga terakhir, tim besutan pelatih asal Brasil itu sukses mengalahkan Semen Padang dan menahan imbang Dewa United.
Kemenangan atas Semen Padang memberi suntikan moral besar bagi tim Green Force yang kini kembali menatap papan atas klasemen Super League 2025/2026. Persebaya Surabaya saat ini menempati posisi keenam dengan 10 poin, hanya terpaut satu poin dari Persija Jakarta di peringkat keempat.
Meskipun kehilangan kiper utama Ernando Ari yang bergabung dengan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 ketika persiapan menghadapi Persija Jakarta, skuad Persebaya Surabaya tetap solid. Pemain lain terus berlatih intensif untuk menjaga ritme permainan jelang laga krusial melawan Macan Kemayoran.
Pertandingan melawan Persija diprediksi bakal berjalan sengit, mengingat kedua tim sama-sama membidik kemenangan untuk memperbaiki posisi klasemen. Namun, tensi panas di lapangan diharapkan tak menjalar ke tribun penonton.
“GBT ini rumah kita, ayo dijaga bareng-bareng,” seru Capo Tessy menutup pesannya. Ia berharap Bonek bisa menjadi contoh bagi suporter lain dalam menciptakan atmosfer damai di sepak bola Indonesia.
Suara perdamaian yang digaungkan Bonek kini menjadi kabar baik di tengah rivalitas panjang dua klub besar tanah air. Jika suasana damai ini terus terjaga, pertandingan Persebaya Surabaya kontra Persija nanti bukan hanya tentang perebutan tiga poin, tapi juga tentang kemenangan moral bagi sepak bola Indonesia.
Semangat persaudaraan yang tumbuh di antara Bonek dan suporter lain menjadi harapan baru bagi masa depan tribun sepak bola nasional. Dari Surabaya, pesan itu bergema: satu nyali, wani, tapi tetap damai.


















































