Ragam Indonesia Uji Teknologi Penangkap Karbon: Langkah Baru Kurangi Emisi dan Impor

Indonesia Uji Teknologi Penangkap Karbon: Langkah Baru Kurangi Emisi dan Impor

24
0

Teknologi CCU di Petrokimia Gresik, Langkah Penting Menuju Industri Hijau

Indonesia semakin serius dalam menjalani transformasi menuju industri hijau. Salah satu upaya nyata yang dilakukan adalah uji coba teknologi Carbon Capture and Utilization (CCU) di Petrokimia Gresik. Proyek ini bertujuan untuk mengatasi dua tantangan sekaligus, yaitu menurunkan emisi karbon dari industri dan mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku penting.

Teknologi CCU bekerja dengan menangkap gas karbon dioksida (CO₂) yang dihasilkan selama proses produksi, lalu mengolahnya menjadi produk bernilai tambah seperti soda ash dan baking soda. Kedua komoditas ini sangat dibutuhkan oleh sektor industri dalam negeri, termasuk untuk industri kaca dan deterjen. Saat ini, kebutuhan akan kedua bahan tersebut mencapai lebih dari 1 juta ton per tahun, namun seluruhnya masih dipenuhi melalui impor.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Eko S.A. Cahyanto, menyampaikan bahwa melalui teknologi ini, limbah karbon yang selama ini dianggap sebagai sampah bisa dimanfaatkan menjadi bahan baku strategis. Hal ini disampaikannya dalam forum Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025.

Menurut Kemenperin, keberhasilan proyek ini sangat penting dalam mendukung target Net Zero Emission (NZE) 2050. Target ini kini dipercepat 10 tahun lebih awal dari rencana awal Indonesia, yang sebelumnya ditetapkan pada 2060.

Direktur Utama Petrokimia Gresik, Daconi Khotob, menjelaskan bahwa fasilitas CCU yang baru beroperasi sekitar satu bulan ini memiliki target mampu menyerap 20.000 ton karbon dioksida per tahun dan menghasilkan 50.000 ton soda ash. Jika proyek ini berhasil, maka akan dikembangkan dalam skala yang lebih luas.

“Sebagai perusahaan dengan kapasitas produksi hingga 11 juta ton per tahun, potensi emisi karbon kami sangat besar. Tanpa upaya pengendalian, bisa mencapai 2 juta ton karbon dioksida per tahun,” ujar Daconi.

Hingga 2025, berbagai langkah dekarbonisasi yang telah dijalankan oleh Petrokimia Gresik hanya berhasil menekan sekitar 400 ribu ton CO₂ ekuivalen. Masih tersisa sekitar 1,6 juta ton emisi yang perlu ditangani melalui inovasi seperti CCU.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menegaskan bahwa teknologi CCU merupakan solusi strategis untuk mendukung peta jalan dekarbonisasi nasional. “Teknologi ini tidak hanya mendukung target NZE, tetapi juga memberi nilai tambah ekonomi,” katanya.

Namun, implementasi CCU bukan tanpa tantangan. Beberapa perusahaan dikabarkan mundur dari proyek percontohan karena khawatir gagal. Petrokimia Gresik menjadi salah satu perusahaan yang berani melangkah maju bersama Kemenperin dan mitra teknologi asal Taiwan, Uwin Resource Regeneration Inc.

Proyek ini diharapkan tidak hanya membantu mengurangi emisi dan ketergantungan impor, tetapi juga membuka peluang penguasaan teknologi penangkapan karbon serta pengembangan mesin CCU di dalam negeri.

Di tingkat global, teknologi CCU menjadi salah satu fokus utama dalam transisi energi, sejalan dengan komitmen dunia untuk menekan laju pemanasan global. Indonesia, sebagai salah satu negara penghasil emisi karbon terbesar di Asia Tenggara, menghadapi tekanan untuk mempercepat transisi energi hijau sambil tetap menjaga daya saing industri.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini