
Rupiah Mengalami Pelemahan Terhadap Dolar AS
Pada perdagangan hari Selasa (19/8/2025), nilai tukar atau kurs rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Awalnya, rupiah berada di level 16.198 per dolar AS. Namun, dua menit kemudian atau pukul 09.02 WIB, rupiah tercatat melemah ke posisi 16.229,5 per dolar AS. Hal ini berarti penurunan sebesar 31,50 poin atau sekitar -0,19 persen dibandingkan penutupan sebelumnya.
Prediksi Stabilitas Rupiah di Masa Depan
Menurut pengamat pasar uang Lukman Leong, rupiah masih memiliki risiko pelemahan terhadap dolar AS. Ia menjelaskan bahwa pelemahan ini terjadi karena adanya rebound pada mata uang Negeri Paman Sam. “Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang rebound,” jelasnya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah
Ada beberapa faktor yang memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Salah satunya adalah kembalinya kepercayaan pasar terhadap dolar AS. Menurut Lukman, penguatan dolar AS didorong oleh antisipasi pasar terhadap pidato-pidato hawkish dari Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dalam beberapa kesempatan pekan ini.
Pidato yang ditunggu-tunggu oleh pasar mencakup dua agenda utama, yaitu risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) dan forum tahunan Jackson Hole. Forum ini sering menjadi ajang bagi The Fed untuk memberikan sinyal arah kebijakan moneter. “Antisipasi pidato hawkish Powell dalam beberapa kesempatan pekan ini, termasuk risalah FOMC dan Jackson Hole,” tambahnya.
Proyeksi Pergerakan Rupiah Hari Ini
Lukman memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini akan bergerak dalam rentang Rp16.150 hingga Rp16.250. Pergerakan ini akan mengikuti dinamika sentimen global yang masih fluktuatif. Dalam 52 minggu terakhir, pergerakan rupiah terhadap dolar AS berada dalam rentang Rp15.060 hingga Rp17.224 per dolar AS. Data tersebut menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah mengalami fluktuasi dalam satu tahun terakhir.
Kondisi Pasar Uang dan Dampak Global
Pelemahan rupiah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor domestik, tetapi juga oleh kondisi ekonomi global. Fluktuasi nilai tukar bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti perubahan suku bunga, situasi politik, dan perkembangan ekonomi negara-negara besar. Dengan adanya antisipasi terhadap kebijakan moneter The Fed, dolar AS cenderung lebih kuat, sehingga memengaruhi nilai tukar rupiah.
Tantangan dan Peluang di Masa Depan
Meskipun rupiah menghadapi tekanan, ada peluang untuk stabil jika kondisi ekonomi domestik tetap terjaga. Kebijakan pemerintah dan bank sentral yang tepat dapat membantu menjaga stabilitas nilai tukar. Namun, tantangan tetap ada, terutama jika situasi global tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
Dalam skenario jangka pendek, rupiah mungkin akan terus mengalami tekanan, tetapi dalam jangka panjang, dengan adanya kebijakan yang baik, rupiah bisa kembali pulih. Investor dan masyarakat harus tetap waspada terhadap pergerakan nilai tukar dan memantau perkembangan ekonomi secara berkala.