
Prof Sukadiono Diangkat sebagai Guru Besar Fisiologi Olahraga di Universitas Muhammadiyah Surabaya
Surabaya – Profesor Sukadiono, Deputi II Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Fisiologi Olahraga di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya pada hari Sabtu (23/8). Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan orasi ilmiah dengan tema “Strategi Buffering Fisiologis Melalui Intervensi Sodium Bicarbonate untuk Daya Tahan dan Performa Atlet”.
Prof Sukadiono menjelaskan bahwa olahraga kini tidak hanya sekadar aktivitas fisik, tetapi telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern. Berbagai jenis olahraga seperti jogging, nge-gym, hingga senam lansia semakin umum dilakukan masyarakat guna menjaga kesehatan tubuh dan mental.
Namun, meski olahraga memberikan manfaat positif, tubuh memiliki batas performa ketika intensitas latihan meningkat. Pada tingkat intensitas yang tinggi, metabolisme anaerob akan aktif, sehingga memproduksi energi secara cepat. Namun, proses ini juga menghasilkan ion hidrogen (H+), yang dapat menurunkan pH tubuh dan menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai asidosis.
Asidosis ini sering menjadi penghambat bagi atlet dalam cabang olahraga yang berbasis sprint, seperti lari jarak menengah, renang, sepak bola, dan basket. Kondisi ini membuat otot terasa berat, nyeri, dan mengurangi daya ledak.
Menurut Prof Sukadiono, tubuh memiliki mekanisme alami buffering melalui sistem bikarbonat, protein, dan fosfat. Namun, ketika beban latihan sangat tinggi, mekanisme alami ini tidak cukup efektif. Oleh karena itu, intervensi eksternal seperti suplementasi sodium bicarbonate (natrium bikarbonat) bisa menjadi solusi yang efektif.
Suplementasi sodium bicarbonate membantu meningkatkan cadangan bikarbonat di darah, sehingga mempercepat pembuangan ion H+ dari otot dan menjaga kestabilan pH tubuh. Dengan cara ini, atlet bisa menunda kelelahan, mempertahankan intensitas latihan lebih lama, serta pulih lebih cepat setelah berlatih atau bertanding.
Banyak penelitian mendukung manfaat dari strategi ini, terutama dalam olahraga berbasis metabolisme anaerob seperti lari, renang, dayung, serta cabang olahraga beregu yang membutuhkan sprint berulang. Dosis yang biasanya digunakan berkisar antara 0,2–0,3 gram per kilogram berat badan, dan sebaiknya dikonsumsi 1–3 jam sebelum kompetisi.
Meskipun manfaatnya signifikan, Prof Sukadiono juga mengingatkan adanya potensi efek samping berupa gangguan pencernaan. Untuk mengurangi risiko ini, solusi seperti penggunaan teknologi hidrogel dapat membantu meminimalkan iritasi lambung. Selain itu, pembagian dosis secara teratur juga dapat membuat konsumsi lebih nyaman.
Prof Sukadiono menegaskan bahwa intervensi sodium bicarbonate bukan sekadar teori, tetapi bukti nyata bagaimana sains dapat membantu atlet mencapai performa terbaik. Ia berharap langkah ini menjadi bagian dari strategi yang memperkuat peran olahraga sebagai gaya hidup sekaligus prestasi.
Dengan pendekatan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan, olahraga tidak hanya menjadi sarana untuk menjaga kesehatan, tetapi juga menjadi wadah untuk menggapai prestasi maksimal.















































