
Kondisi BPBD Kabupaten Serang yang Memprihatinkan
Kondisi sarana dan prasarana di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Serang terus menjadi perhatian serius. Banyak peralatan yang digunakan dalam penanganan bencana mengalami kerusakan parah, mulai dari perahu hingga mobil pemadam kebakaran. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam melakukan tugas sehari-hari, terutama ketika menghadapi kondisi cuaca ekstrem seperti angin puting beliung.
Salah satu faktor utama penyebab kerusakan peralatan adalah tidak adanya anggaran khusus untuk pemeliharaan rutin. Akibatnya, banyak peralatan yang sudah usang dan tidak dapat berfungsi dengan optimal. Bahkan beberapa bangunan BPBD sendiri juga dalam kondisi memprihatinkan, dengan dinding yang rusak dan bagian-bagian yang bocor.
Sekretaris BPBD Kabupaten Serang, Ade Ivan Munasyah, mengatakan bahwa pihaknya terus berupaya menjaga kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana. Dengan adanya informasi dari BMKG tentang intensitas hujan dan cuaca ekstrem, mereka melakukan monitoring secara terus-menerus. Selain itu, ada petugas yang bertugas 24 jam tanpa henti, serta bekerja sama dengan instansi terkait seperti balai besar yang mengelola tiga sungai besar di wilayah tersebut.
Koordinasi juga dilakukan dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk memantau curah hujan dan kondisi cuaca. Pihaknya menilai pentingnya koordinasi ini agar bisa mengurangi kendala saat terjadi bencana. Saat ini, mereka telah terkoordinasi dengan seluruh mitra kerja di lapangan.
Selain itu, BPBD juga berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) terkait jumlah sampah yang disebabkan oleh pohon tumbang. Tujuan dari koordinasi ini adalah menciptakan sinergitas antar OPD mitra. Namun, Ade Ivan mengakui bahwa sarana dan prasarana di BPBD masih sangat kurang.
Masalah utama yang dihadapi adalah tidak adanya anggaran khusus untuk pemeliharaan. Kondisi ini membuat BPBD sulit melakukan perawatan terhadap peralatan yang ada. Ia berharap tahun depan akan ada peluang untuk pengadaan sarana prasarana seperti sinsaw, golok, dan gergaji manual. Menurutnya, meskipun ada sumber daya manusia, tanpa dukungan sarana prasarana, pekerjaan tetap sulit dilakukan.
Contohnya, saat terjadi kebakaran di Anyer, mobil pemadam kebakaran yang ada sudah rusak karena usia dan paparan air laut. Akibatnya, pihak BPBD harus menggunakan blarak pohon kelapa untuk memadamkan api. Ini menunjukkan betapa pentingnya pengadaan alat-alat baru.
Menurut Ade Ivan, sarana prasarana yang ada saat ini membutuhkan pengadaan baru. Jika hanya dilakukan pemeliharaan, biayanya terlalu besar dan hasilnya tidak optimal. Misalnya, merawat satu unit mobil pemadam kebakaran membutuhkan anggaran sebesar Rp60 juta setiap tahun. Sedangkan untuk perahu, saat ini tidak ada yang tersedia. Sebelumnya pernah ada, namun mesinnya rusak dan tidak bisa digunakan.
Untuk mengatasi masalah ini, BPBD sering kali meminjam peralatan dari instansi lain seperti Polairud, BPBD Provinsi, Basarnas, dan PU. Meski demikian, kondisi perahu yang bocor dan sering rusak membuat penggunaannya tidak aman, terutama untuk operasi di tengah laut.
Dengan kondisi seperti ini, kinerja BPBD terganggu. Tidak jarang, meskipun sudah berusaha melakukan penanganan, hasilnya tidak memuaskan dan sering mendapat protes dari masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan lebih lanjut dalam pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana agar BPBD dapat menjalankan tugasnya dengan lebih efektif dan efisien.