
Kabupaten Bangka Selatan Dinyatakan Bebas Frambusia
Kabupaten Bangka Selatan, yang terletak di Kepulauan Bangka Belitung, telah resmi dinyatakan bebas dari penyakit frambusia. Penyakit ini juga dikenal dengan nama patek. Status ini diraih setelah Bupati Bangka Selatan, Riza Herdavid, menerima sertifikat penghargaan dari Kementerian Kesehatan. Pengakuan ini menjadi bentuk apresiasi atas keberhasilan pemerintah daerah dalam mengendalikan dan menuntaskan kasus frambusia.
Upaya Eliminasi Sejak Tahun 2023
Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Bangka Selatan, dr. Agus Pranawa, menjelaskan bahwa daerahnya telah melakukan asesmen eliminasi frambusia sejak tahun 2023. Hasilnya, tidak ditemukan lagi kasus baru berdasarkan laporan surveilans kesehatan. “Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan berhasil membuktikan bahwa tidak ada kasus frambusia baru. Sertifikat ini menjadi bukti kerja keras tenaga kesehatan bersama masyarakat,” ujar Agus pada hari Kamis (21/8/2025).
Apa Itu Frambusia?
Frambusia adalah penyakit tropis menular yang termasuk dalam kategori Neglected Tropical Disease (NTD). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum subspecies pertenue. Penularannya bisa melalui kontak langsung dari cairan luka penderita maupun melalui perantara lalat. Dalam bahasa daerah, frambusia dikenal dengan berbagai nama seperti patek, puru, buba, pian, hingga parangi.
Komitmen dan Dukungan Lintas Sektor
Agus menekankan bahwa pencapaian ini tidak lepas dari sinergi berbagai pihak, mulai dari tenaga kesehatan, pemerintah daerah, hingga masyarakat. Sejak Juni 2023, Dinas Kesehatan melibatkan puskesmas, dokter, hingga tenaga lapangan untuk melakukan deteksi dini melalui penyuluhan dan pemeriksaan, terutama pada anak-anak usia sekolah dasar. “Peran masyarakat sangat penting, khususnya dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Itu kunci agar penyakit ini tidak kembali muncul,” tambahnya.
Menjaga Capaian Bebas Frambusia
Meski sudah dinyatakan bebas, Pemkab Bangka Selatan berkomitmen menjaga capaian ini dengan meningkatkan pelayanan kesehatan, memperkuat edukasi masyarakat, serta mendorong perilaku hidup bersih dan sehat. “Generasi mendatang harus terbebas dari penyakit menular berbahaya. Karena frambusia sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu dan lingkungan,” pungkas Agus.
Dampak Frambusia Terhadap Kesehatan
Frambusia termasuk penyakit tropis menular yang masuk kategori penyakit tropis terabaikan (Neglected Tropical Disease/NTD). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum subspecies pertenue, dan biasanya menyerang kulit, tulang, serta sendi. Berikut dampak frambusia terhadap kesehatan jika tidak ditangani:
Gangguan pada Kulit
Muncul luka atau benjolan merah yang bisa membesar dan pecah. Luka sering menimbulkan nanah atau cairan, dan terasa sangat nyeri. Jika tidak diobati, luka bisa menyebar ke bagian tubuh lain.Kerusakan Tulang dan Sendi
Infeksi bakteri bisa menembus hingga ke tulang. Menyebabkan pembengkakan, nyeri sendi, bahkan perubahan bentuk tulang. Pada anak-anak, hal ini bisa mengganggu pertumbuhan normal.Kecacatan Permanen
Jika berlangsung lama, frambusia bisa menimbulkan cacat pada kaki, tangan, atau wajah. Beberapa penderita mengalami kesulitan berjalan karena kerusakan tulang.Masalah Psikososial
Luka kronis pada kulit dapat menimbulkan stigma sosial. Anak-anak yang terinfeksi berisiko diejek atau dijauhi teman sebaya.Bahaya Penularan
Frambusia mudah menular melalui kontak langsung dengan luka penderita. Juga bisa menular lewat lalat yang hinggap pada luka.
Cara Mengobati Frambusia
Kabar baiknya, frambusia bisa disembuhkan dengan pengobatan antibiotik seperti penisilin atau azitromisin. Jika pengobatan dilakukan sejak dini, penderita bisa pulih tanpa komplikasi.