
Kinerja Keuangan AMMN Mengalami Penurunan di Semester I-2025
PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menghadapi kinerja yang tidak optimal pada semester pertama tahun 2025. Perusahaan pertambangan mineral ini mencatat kerugian bersih sebesar US$ 148,72 juta pada akhir semester I-2025. Hal ini berbanding terbalik dengan capaian pada semester I-2024, di mana AMMN meraup laba bersih sebesar US$ 475,25 juta.
Selain itu, penjualan bersih AMMN juga mengalami penurunan signifikan. Pada semester I-2025, penjualan turun sebesar 88,21% secara tahunan (yoy) menjadi US$ 182,60 juta, dibandingkan dengan angka sebelumnya sebesar US$ 1,55 miliar. Penurunan ini menunjukkan adanya tekanan pada bisnis perusahaan.
Tantangan dalam Operasional Smelter Tembaga
Dalam pernyataannya, manajemen AMMN mengungkapkan bahwa mereka masih menghadapi tantangan dalam kesiapan operasional smelter tembaga. Proses transisi dari tahap komisioning menuju produksi penuh memerlukan waktu dan persiapan yang cukup kompleks. Hal ini tentu saja berdampak pada tingkat produksi AMMN selama sisa tahun 2025.
Presiden Direktur AMMN, Arief Sidarto, menyampaikan bahwa pihaknya terus berdiskusi dengan pemerintah untuk mendapatkan fleksibilitas ekspor konsentrat. Tujuan dari diskusi ini adalah untuk menjaga keberlanjutan operasi serta mendukung kontribusi fiskal bagi perekonomian daerah maupun nasional.
Analisis Pasar dan Peluang Masa Depan
Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, menilai bahwa peluang AMMN untuk memulihkan kinerja keuangan masih cukup berat. Namun, jika proses transisi operasi smelter berjalan lancar dan smelter benar-benar beroperasi penuh pada akhir tahun, maka ada potensi peningkatan kinerja AMMN dalam waktu dekat. Dengan demikian, rugi bersih perusahaan bisa dikurangi.
Menurut Wafi, sentimen positif lain bagi AMMN adalah prospek harga tembaga yang meningkat seiring dengan transisi energi global dan kepastian regulasi hilirisasi. Selain itu, kebijakan AS yang memberikan tarif impor 0% untuk tembaga, termasuk dari Indonesia, dapat menjadi katalis positif bagi AMMN. Meski begitu, dampak dari kebijakan tersebut baru akan terasa setelah tahun 2026.
Rekomendasi dari Analis Pasar
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menyarankan AMMN untuk memperkuat strategi efisiensi operasional sambil menunggu smelter tembaga beroperasi penuh. Ini sangat penting untuk mengurangi risiko kerugian yang lebih dalam akibat keterlambatan produksi smelter.
Secara umum, permintaan akan komoditas tembaga yang menjadi andalan AMMN tetap prospektif, terutama untuk industri kabel, elektronik, hingga kendaraan listrik. Peluang ini bisa dimanfaatkan oleh AMMN ketika smelternya mulai beroperasi.
Nafan merekomendasikan investor untuk melakukan akumulasi beli saham AMMN dengan target harga Rp 9.850 per saham. Sementara itu, Wafi menyarankan untuk mempertahankan saham AMMN dengan target harga Rp 8.000 per saham.