Vinkmag ad

Peluang Kopi Membawa Kesejahteraan Petani

Peran Kopi dalam Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan

Forum Sustainable District Outlook (SDO) tahun ini menyoroti pentingnya kopi sebagai salah satu pendorong utama pembangunan ekonomi berkelanjutan di tingkat kabupaten. Ade Aryani, Executive Director Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI), menekankan bahwa kolaborasi antar pemangku kepentingan sangat diperlukan untuk memperkuat kapasitas petani sekaligus membuka akses pasar bagi produk kopi daerah.

Menurut Ade, misi SCOPI adalah mempromosikan kemitraan antara pemerintah dan sektor swasta dalam memberikan peluang terkait ekonomi, ketahanan pangan, serta keberlanjutan lingkungan bagi petani kopi di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa SCOPI merupakan asosiasi berbasis keanggotaan yang terdiri dari 56 organisasi, mulai dari kelompok tani, koperasi hingga perusahaan besar. Selain itu, SCOPI juga bekerja sama dengan pemerintah daerah dan nasional.

Kopi, menurut Ade, berfungsi sebagai “enabler” atau pendorong bagi petani dalam meningkatkan kapasitas, pengetahuan, dan akses informasi. SCOPI juga bertujuan untuk menciptakan wadah bagi pertukaran praktik baik dan kerja sama multi-pihak.

Dampak Isu Ekonomi Global pada Sektor Kopi

Isu ekonomi global ikut memengaruhi sektor kopi. Salah satu contohnya adalah kebijakan Uni Eropa terkait deforestasi (EUDR) yang kini menjadi perhatian para eksportir kopi Indonesia. Menurut Ade, kebijakan ini menjadi fokus bagi pelaku industri kopi karena akan memengaruhi cara mereka mengirimkan produk ke luar negeri.

SCOPI memiliki target jangka panjang hingga 2030, yaitu meningkatkan kesejahteraan 126 ribu petani kopi di Indonesia dengan menekan kesenjangan pendapatan sebesar 10 persen. Upaya ini dilakukan melalui tiga strategi utama: meningkatkan produktivitas, memperkuat literasi keuangan, dan menciptakan lingkungan yang mendukung keberlanjutan.

Meningkatkan Produktivitas dan Literasi Keuangan

Produktivitas kopi nasional masih rendah dibanding negara tetangga. Rata-rata petani hanya menghasilkan 600–700 kilogram per hektare per tahun, sedangkan negara lain bisa mencapai tiga hingga empat kali lipatnya. Untuk menghadapi tantangan ini, SCOPI menerapkan strategi meningkatkan produktivitas dengan mengadopsi skema regenerative agriculture.

Selain itu, literasi keuangan bagi petani juga menjadi fokus utama. Ade menegaskan bahwa petani harus mampu mengelola keuangan agar hasil kebun tidak hanya habis untuk konsumsi, tetapi kembali diinvestasikan ke kebun. Kelompok-kelompok usaha petani perlu diperkuat secara kelembagaan keuangannya agar mereka dapat mengatur dan mengelola keuangan serta mendapatkan akses ke modal atau pinjaman.

Potensi Besar Kopi di Setiap Daerah

SCOPI melihat potensi besar kopi di setiap daerah. Oleh karena itu, forum SDO dijadikan ruang untuk memperkuat kemitraan dengan pemerintah kabupaten dan menghubungkan petani dengan pasar. SCOPI ingin bermitra dengan pemerintah lokal, meningkatkan kapasitas penyuluh lapangan, serta mendampingi petani di setiap daerah agar potensi mereka dapat dikembangkan lebih lanjut.

Melalui partisipasi di SDO, SCOPI berharap kopi tidak hanya menjadi komoditas unggulan, tetapi juga motor penggerak ekonomi kabupaten yang berkelanjutan. Dengan kolaborasi yang kuat, kopi dapat menjadi alat utama dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi.

    Vinkmag ad

    Read Previous

    Perbedaan Visi dan Aksi Terkait Royalti Musik

    Read Next

    Diduga Lakukan Pelecehan, Guru Olahraga SMPN 13 Bekasi Dihentikan Sementara

    Leave a Reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Most Popular