Nasional Dampak Konsumsi Kelas Menengah Atas dan Efek Lipstick pada Perusahaan Ini

Dampak Konsumsi Kelas Menengah Atas dan Efek Lipstick pada Perusahaan Ini

28
0

Tren Konsumsi Kelas Menengah di Indonesia yang Mengalami Perlambatan

Tren konsumsi di kalangan kelas menengah ke atas di Indonesia tercatat mengalami stagnasi. Hal ini terungkap dari riset yang dilakukan oleh CGS International Sekuritas Indonesia, yang menyebutkan adanya penurunan signifikan dalam pengeluaran sektor tersebut. Riset ini mencakup 91 emiten publik dan 104 segmen terkait dengan konsumsi.

Analis CGS International Sekuritas Indonesia, Hadi Soegiarto, menjelaskan bahwa median pertumbuhan pendapatan tahunan untuk kategori belanja kebutuhan non-pokok kelas menengah atas mencapai titik 0% pada kuartal II 2025. Ini terjadi setelah selama empat kuartal berturut-turut terjadi perlambatan.

Meskipun ada sedikit pergeseran musim hari raya ke kuartal I, Hadi menilai bahwa pelemahan konsumsi di segmen menengah ke atas menjadi faktor utama yang memengaruhi kinerja sektor tersebut. Beberapa sektor yang paling terdampak antara lain penjualan mobil, pusat perbelanjaan kelas menengah ke atas, department store, hotel mewah, dan sektor perjalanan.

Kondisi ini juga membuat perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit konsumsi karena khawatir akan kualitas aset. Di sisi lain, pertumbuhan pendapatan pada segmen kebutuhan non-pokok mass market dan barang konsumsi pokok (FMCG) tetap stabil, masing-masing di angka 3% dan 2% secara tahunan.

Namun, kinerja yang kurang menggembirakan terlihat pada sektor F&B kelas menengah (dine-in), penjualan data telekomunikasi, sepeda motor, minimarket, minuman kemasan, rokok premium, dan makanan bayi.

Fenomena Lipstick Effect dan Tren Memasak di Rumah

Hadi mencatat adanya fenomena menarik di tengah lemahnya daya beli, yaitu masih kuatnya pertumbuhan pada segmen personal care dan kosmetik. Ini bisa menjadi indikasi adanya Lipstick Effect, di mana konsumen tetap berbelanja produk-produk kecil sebagai bentuk pelarian saat kondisi ekonomi sedang sulit.

Selain itu, segmen makanan olahan dan bumbu masak tetap menunjukkan pertumbuhan yang solid. Menurut Hadi, hal ini kemungkinan disebabkan oleh tren memasak di rumah yang masih bertahan pasca pandemi.

Prediksi Pertumbuhan Konsumsi untuk Paruh Kedua Tahun Ini

Untuk paruh kedua tahun ini, Hadi memperkirakan bahwa pertumbuhan konsumsi akan tetap lesu. Namun, segmen mass market dan kebutuhan pokok dinilai lebih tangguh, berkat potensi stimulus tambahan dan perluasan program makan bergizi gratis. Selain itu, ada potensi stimulus konsumsi lainnya pada semester II tahun ini.

CGS International Sekuritas mempertahankan rekomendasi neutral untuk sektor konsumsi, dengan tiga saham utama yang dipilih. Salah satunya adalah PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) karena pembagian dividen yang tinggi. Hadi juga memilih saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) karena diuntungkan oleh penurunan biaya bahan baku. Sementara itu, saham PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) dipilih karena laba yang mulai membaik pasca divestasi Lawson.

Rekomendasi Saham dan Potensi Katalis Positif

Atas rekomendasi tersebut, Hadi merinci bahwa saham MYOR dianggap menarik karena diperdagangkan dengan valuasi price earning (PE) 15,5 kali untuk tahun 2026. Valuasi ini lebih premium dibandingkan rata-rata sektor sebesar 13,9 kali di tahun depan. “Kami meyakini MYOR akan mendapat manfaat dari peluncuran program populis pemerintah yang diperkirakan akan semakin gencar pada semester II tahun ini,” ujar Hadi dalam riset.

Sementara itu, Midi Utama dinilai menjadi saham yang menarik karena pertumbuhan laba bersih akan naik 33% di tahun 2025 di atas kinerja Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) yang tumbuh 11%. Menurut Hadi, pertumbuhan ini berasal dari wilayah luar Jawa. Meski valuasinya cukup premium dengan P/E di tahun 2026 sebesar 19 kali dibandingkan dengan rata-rata sektor hanya 12 kali, Hadi menyarankan Add dengan target harga di Rp 430 per saham.

Prospek saham UNVR juga menarik karena telah menyelesaikan spin-off bisnis es krimnya pada akhir 2025, yang diperkirakan akan menghasilkan dividen satu kali (one-time dividend) sebesar Rp 3,9 triliun. Jika dikombinasikan dengan dividen reguler (dengan asumsi dividend payout 100%), maka investor diperkirakan menikmati dividend yield total hingga 13% pada semester I 2026. Untuk itu, Hadi merekomendasikan Add saham UNVR dengan target harga Rp 1.910 per saham.

Harga saham AMRT ditutup di Rp 2.280 per saham, MIDI turun 0,85% di harga Rp 466, dan UNVR naik 0,28% di Rp 1.775 per saham.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini