Gaya Hidup Lari dan Pentingnya Perawatan Kulit
Lari atau Fun Run semakin menjadi tren di kalangan masyarakat Indonesia. Aktivitas ini tidak hanya memberikan manfaat kesehatan fisik, tetapi juga membentuk gaya hidup yang aktif dan sehat. Namun, di balik manfaatnya, lari juga memiliki dampak pada kesehatan kulit. Karena aktivitas ini meningkatkan sirkulasi darah dan membersihkan pori-pori melalui keringat, pelari perlu memperhatikan perawatan kulit agar terhindar dari berbagai masalah.
Paparan sinar matahari dan gesekan berulang selama lari dapat menyebabkan beberapa kondisi kulit seperti penuaan dini (runner’s face), kulit kering, serta masalah seperti jerawat mekanis, lecet, dan kapalan. Oleh karena itu, penting bagi para pelari untuk menjaga kesehatan kulit secara optimal.
Dr. Pipim S. Bayasari, Sp.DVE, seorang dermatologis dari RS EMC Sentul, menekankan pentingnya memahami skin barrier dan rutinitas perawatan kulit yang konsisten, terutama bagi para pria. Menurutnya, skin barrier bisa dibayangkan seperti sebuah tembok. Tembok tersebut terdiri dari batu bata dan semen. Jika komposisi tersebut berubah, seperti penurunan kadar ceramide, lipid kolesterol, dan lainnya, maka struktur tembok tersebut akan menjadi lebih rapuh.
“Skin barrier ini sangat penting untuk melindungi kulit dari iritasi dan infeksi,” jelas Dr. Pipim dalam acara Total Combat Run bersama Randy Pangalila di Pintu Utara GBK, Jakarta, Minggu (24/8/2025). Ia menambahkan bahwa moisturizer menjadi salah satu komponen utama untuk mengembalikan kelenturan dan kekuatan pengikat antarsel kulit.
Menurutnya, pelembap kulit membantu menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk menjaga kekuatan skin barrier. “Moisturizer berfungsi sebagai ‘semen’ yang merekatkan batu bata kulit sehingga kulit menjadi lebih kuat dan tahan terhadap iritasi,” ujarnya.
Dr. Pipim juga mengingatkan bahwa jika skin barrier menjadi longgar, kulit akan mudah meradang, memerah, dan rentan terinfeksi. Hal ini bisa menyebabkan masalah seperti iritasi, kemerahan, bahkan masuknya bakteri atau jamur.
Intinya, hidrasi dan lipid dari pelembap menjadi “bahan bangunan” yang mampu menutup celah-celah kecil di permukaan kulit, sehingga mengurangi risiko iritasi.
Sunscreen untuk Pria: Simpel, Praktis, Konsisten
Soal perlindungan matahari, Dr. Pipim menyarankan penggunaan sunscreen yang praktis dan simpel. Menurutnya, sunscreen untuk pria harus mudah digunakan dan tidak merepotkan. Selain itu, produk tersebut harus mengandung SPF yang cukup dan perlindungan terhadap sinar UVA. Penggunaannya juga harus dikombinasikan dengan pelembap untuk melindungi skin barrier.
Ia menegaskan bahwa angka SPF bukanlah hal utama, meskipun semakin tinggi SPF dapat mengurangi kemerahan pada kulit. Yang lebih penting adalah jumlah aplikasi yang cukup. “Aturan dua ruas jari untuk wajah dan leher,” katanya.
Untuk efektivitasnya, penggunaan sunscreen harus diulang setiap 2–3 jam. Dengan demikian, perlindungan terhadap kulit akan lebih maksimal.
Beberapa poin praktis yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
– Pilih sunscreen yang praktis, dengan SPF memadai serta perlindungan UVA.
– Aplikasikan cukup: aturan “dua ruas jari” untuk wajah-leher.
– Ulang pemakaian setiap 2–3 jam.
Masalah Kulit yang Umum pada Pria
Menurut Dr. Pipim, jerawat menjadi keluhan yang paling sering dialami oleh pria. “Masalah kulit paling banyak di pria itu adalah mudah timbulnya jerawat. Kalau flek lebih cenderung pada wanita, sedangkan kalau berjerawat atau inflamasi lebih sering pada pria,” katanya.
Jerawat umumnya muncul sejak usia remaja. Faktor utamanya sering kali terkait dengan perilaku. “Kalau usia dari remaja, biasanya 15 tahun. Biasanya, mereka belum terlalu peduli terhadap perawatan diri. Jadi, jerawat muncul karena kurangnya pembersihan pada area wajah,” tambahnya.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar perawatan dasar mulai dikenalkan sedini mungkin. “Perawatan dasar itu harus dimulai sedini mungkin,” tutupnya.
