
Pengertian Sound Horeg dan Populernya di Kalangan Masyarakat
Sound horeg adalah istilah yang semakin dikenal oleh masyarakat Indonesia. Istilah ini merujuk pada penggunaan sistem suara dengan daya tinggi yang memainkan musik remix dengan volume sangat keras dan dominasi suara bass. Biasanya, sound horeg digunakan dalam ruang terbuka seperti di atas mobil truk atau pikap. Selain itu, sering juga disertai dengan tarian atau joget jalanan.
Fenomena ini sering muncul dalam berbagai kegiatan masyarakat, termasuk hajatan, arak-arakan, konvoi keliling, hingga pesta rakyat. Suara dari sound horeg bisa mencapai 120 desibel (dB), setara dengan suara pesawat saat lepas landas. Meski memiliki popularitas yang tinggi di kalangan komunitas lokal, fenomena ini tidak lepas dari berbagai masalah.
Dampak Negatif Sound Horeg bagi Kesehatan Telinga
Menurut penjelasan dari dokter spesialis THT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dr. Rizka Fakhriani, paparan suara yang melebihi batas wajar dapat menyebabkan kerusakan permanen pada telinga bagian dalam. Suara keras dengan intensitas dan frekuensi di atas batas aman dapat memicu stres oksidatif dan peradangan sel-sel rambut pada koklea, yaitu struktur penting dalam telinga bagian dalam.
Sel-sel rambut yang rusak tidak dapat beregenerasi, sehingga kerusakannya bersifat permanen dan tidak bisa diperbaiki. WHO menyarankan bahwa tingkat volume suara yang aman bagi telinga manusia adalah 80 dB dengan durasi maksimal 40 jam dalam seminggu. Volume suara dari sound horeg yang mencapai 120 dB mungkin masih bisa diterima, tetapi jika terpapar secara terus-menerus, maka dapat menyebabkan gangguan pendengaran kronis.
Kerusakan ini sangat mengkhawatirkan, terutama bagi anak muda yang masih memiliki masa depan panjang.
Dampak Negatif Sound Horeg bagi Kesehatan Jantung
Selain berdampak pada pendengaran, sound horeg juga dapat membahayakan kesehatan jantung. Seorang pakar spesialisasi jantung dan pembuluh darah dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Dr Meity Ardiana menjelaskan bahwa paparan suara ekstrem dapat memicu respons fisiologis. Hal tersebut berpotensi mengganggu fungsi kardiovaskuler, terutama pada individu yang memiliki faktor risiko penyakit jantung.
Dampaknya akan relatif kecil pada orang sehat, tetapi bagi yang memiliki faktor risiko penyakit jantung, paparan suara keras dapat menjadi pencetus terjadinya aritmia atau henti jantung. Ia melanjutkan, paparan bising di atas 85 dB, jika terjadi secara terus-menerus, maka dapat mempengaruhi fungsi pembuluh darah, memicu stres fisiologis, serta meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
Kesimpulan
Meskipun sound horeg dianggap sebagai hiburan rakyat yang meriah dan penuh energi, dampak negatifnya terhadap kesehatan pendengaran dan jantung tidak boleh diabaikan. Masyarakat perlu lebih waspada terhadap penggunaan sound horeg agar tidak menimbulkan masalah kesehatan jangka panjang. Dengan kesadaran yang tinggi, masyarakat dapat menikmati hiburan tanpa harus mengorbankan kesehatan.