Olahraga Ayah Asal Boyolali Jual TV untuk Seragam Anak, Akhirnya Lega

Ayah Asal Boyolali Jual TV untuk Seragam Anak, Akhirnya Lega

29
0

Kehidupan Seorang Ayah yang Berjuang untuk Anaknya

Di tengah keterbatasan ekonomi, seorang ayah asal Boyolali, Heru Waskito, berjuang keras agar anaknya bisa memperoleh seragam olahraga. Keadaan ini menjadi sorotan setelah ia mengeluhkan kesulitan dalam melunasi biaya seragam sekolah. Heru, seorang tukang ojek pangkalan, harus menjual TV milik keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan tersebut.

Heru memiliki tanggungan 3 setelan seragam dengan total harga Rp 841 ribu. Rinciannya mencakup seragam batik, kotak-kotak, dan seragam olahraga. Sayangnya, pendapatan dari pekerjaannya sebagai tukang ojek tidak cukup untuk menutupi kebutuhan keluarga. Dengan empat anak yang harus dibiayai, Heru terpaksa menjual TV untuk mendapatkan uang sebesar Rp 450 ribu. Namun, jumlah tersebut masih kurang sebesar Rp 391 ribu.

Tidak lama kemudian, informasi tentang kekurangan biaya seragam ini sampai kepada pihak Bupati Boyolali. Setelah mengetahui situasi Heru, tim bupati memberikan bantuan berupa uang sebesar Rp 700 ribu. Uang ini digunakan untuk melunasi pembayaran seragam dan juga untuk mengambil jahitan seragam kotak-kotak serta batik.

Kepala SMP N 2 Teras, Purwanto, menyatakan bahwa pihak sekolah tidak terlibat dalam pengadaan seragam. Pengadaan seragam sepenuhnya dilakukan oleh pihak swasta. Ia menegaskan bahwa sekolah tidak melakukan penjualan seragam di lingkungan sekolah. Meski demikian, ia merasa bingung dengan adanya wali murid yang mengeluh belum menerima seragam olahraga.

Awal Mula Kasus Mencuat

Kasus ini pertama kali muncul saat salah satu wali murid mengadu ke Komisi IV DPRD Boyolali, Suyadi. Dalam aduannya, wali murid tersebut menyampaikan bahwa anaknya terpaksa bolos sekolah karena belum mendapatkan seragam olahraga. Masalah ini muncul karena pembayaran seragam belum lunas.

Suyadi menyatakan kekecewaannya terhadap langkah sekolah yang dinilainya terlibat dalam jual beli seragam. Menurutnya, guru membagikan seragam olahraga di dalam kelas, dan siswa yang belum melunasi pembayaran tidak diberi seragam. Hal ini menurunkan mental siswa, meskipun wali murid tersebut memiliki niat baik untuk melunasi pembayaran.

Selain itu, siswa tersebut juga merupakan penerima manfaat program Indonesia Pintar (PIP). Suyadi menilai bahwa apa yang dilakukan guru tersebut telah memupus cita-cita anak dalam belajar. Anak tersebut terlihat down dan bahkan tidak masuk sekolah hari ini.

Pihaknya akan segera memanggil sekolah serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali untuk menyelesaikan masalah ini.

Jawaban Pihak Sekolah

Kepala SMP N 2 Teras, Purwanto, menegaskan bahwa pihak sekolah tidak terlibat dalam pengadaan seragam siswa. Pengadaan seragam dilakukan oleh pihak luar sekolah. Ia berjanji akan segera berkoordinasi dengan guru yang disebut mengurusi masalah seragam ini.

Namun, Heru Waskito, wali murid yang belum dapat seragam olahraga, merasa jawaban kepala sekolah hanya alasan saja. Bagaimana mungkin kepala sekolah tidak mengetahui ada guru yang membagikan seragam olahraga di dalam kelas? Selain itu, Heru sudah tiga kali menemui guru kelas untuk memohon kebijaksanaan agar anaknya tetap mendapatkan seragam olahraga.

Guru tersebut tetap tidak bisa memberikan seragam olahraga sebelum lunas. Heru mengaku karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan, dia hanya mampu membeli beberapa setelan seragam. Dengan penghasilan sebagai tukang ojek pangkalan, pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Heru menjual TV untuk mendapatkan uang sebesar Rp 450 ribu. Meski telah dijelaskan, pihak sekolah tetap tidak berempati. Seragam olahraga anaknya tidak diberikan. Bahkan, guru kelas terkesan mengolok-olok. Heru menirukan perkataan guru tersebut, “La Kamu belum bayar, ya belum dapat.”

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini