
Inovasi Batik Jarum Klaten yang Berhasil Bangkit Pasca-Pandemi
Industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, sempat mengalami penurunan yang signifikan akibat dampak pandemi Covid-19. Banyak pengusaha dan perajin menghadapi kesulitan dalam menjual produknya karena berkurangnya permintaan pasar. Namun, di tengah situasi sulit ini, muncul ide kreatif yang membawa angin segar bagi industri batik lokal.
Salah satu pengusaha batik, Bima Sena, merasakan langsung dampak negatif dari pandemi ketika pesanan batiknya tiba-tiba terhenti. Dari situ, muncul ide unik untuk menciptakan batik payung. Ide ini kemudian diunggah ke media sosial dan mendapat respon positif dari banyak orang. Seiring waktu, produk ini mulai diminati dan pesanan mulai masuk.
Pengelola Batik Bima Sena, Sularto atau akrab disapa Jeprik, menyatakan bahwa setelah pandemi, pemasaran produk batik mulai pulih. Kini, usaha tersebut tidak hanya fokus pada kain batik, tetapi juga memperluas cakupan produksi ke berbagai media seperti gerabah, tumbler, kerajinan kayu, lodong, dan payung. Salah satu produk yang paling diminati adalah batik payung.
Dalam sebulan, para perajin Batik Bima Sena mampu memproduksi hingga 3.000 payung batik. Proses pembuatannya mirip dengan membatik pada kain, di mana perajin menggunakan canting untuk menggoreskan motif pada kanopi payung. Berbagai jenis motif, baik klasik maupun kontemporer, dituangkan oleh para perajin. Pemilik usaha menjamin bahwa motif batik yang digoreskan dapat bertahan lama.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, pemilik usaha melakukan eksperimen kecil-kecilan dengan mengoplos berbagai jenis cat agar bisa menempel dan tahan lama pada bahan payung yang biasanya terbuat dari poliester. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam proses produksi.
Soal harga, Subiyati (42 tahun), salah satu pengelola, menjelaskan bahwa harga bervariasi tergantung ukuran, motif, dan jenis payung. “Harga mulai dari Rp300.000 hingga Rp900.000. Yang paling mahal bisa mencapai Rp1,5 juta,” ujarnya saat diwawancarai Espos pada Kamis (21/8/2025).
Subiyati menambahkan bahwa batik payung biasanya digunakan sebagai suvenir. Pesanan tidak hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Contohnya, ada pemesanan dari India dan Australia. Selain itu, beberapa lembaga seperti Pertamina dan Indosat juga memesan produk ini untuk acara tertentu.
Sekretaris Desa (Sekdes) Jarum, Suyanto, menjelaskan bahwa produk batik asal Jarum dikenal karena penggunaan pewarna alami. Selain pada kain, motif batik juga diaplikasikan ke berbagai barang seperti yang dilakukan oleh Bima Sena. Saat ini, terdapat sekitar 65 hingga 70 perajin batik di Desa Jarum.
Setiap perajin memiliki pangsa pasar sendiri-sendiri. Tidak hanya pasar lokal, mereka juga sering memasarkan produk hingga ke luar negeri. Beberapa negara seperti Amerika, Korea, Swiss, dan Jepang juga sudah pernah menerima pesanan dari Desa Jarum. Ini menunjukkan bahwa inovasi dan kreativitas yang dilakukan oleh para perajin berhasil memberikan dampak positif terhadap industri batik lokal.