
Kesadaran Masyarakat Terhadap Kecacingan yang Masih Mengancam
Kasus kematian seorang anak perempuan berusia 4 tahun di Sukabumi, Jawa Barat, yang diduga disebabkan oleh cacingan parah, telah memicu perhatian masyarakat terhadap masalah kesehatan yang sering kali diabaikan. Seorang ahli kesehatan masyarakat dan juga Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Prof Tjandra Yoga Aditama, menyampaikan beberapa poin penting terkait kecacingan yang masih relevan dengan kondisi di Indonesia.
Pentingnya Menunggu Penjelasan Resmi
Pertama, Prof Tjandra menekankan perlunya menunggu penjelasan resmi dari pihak rumah sakit mengenai penyebab kematian anak tersebut. Langkah ini dinilainya sangat penting untuk memastikan analisis yang akurat dan menghindari kesimpulan yang terburu-buru.
Tindak Lanjut di Lingkungan Sekitar
Yang kedua, ia menyarankan adanya tindak lanjut di lingkungan tempat tinggal anak tersebut. Menurut dia, investigasi di sekitar pemukiman perlu dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya sumber cacing dan melakukan penanganan segera. Hal ini bertujuan untuk mencegah terulangnya kasus-kasus yang menyedihkan.
Jenis-Jenis Cacing yang Umum Menyebabkan Infeksi
Prof Tjandra menjelaskan bahwa kecacingan disebabkan oleh berbagai parasit seperti cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Necator americanus serta Ancylostoma duodenale). Selain itu, ada juga Strongyloides stercoralis dan jenis lainnya. Pengetahuan tentang jenis-jenis cacing ini penting dalam upaya penanganan yang tepat.
Cara Penularan Kecacingan
Penularan kecacingan sering kali terjadi melalui telur cacing yang mencemari tanah, terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk. Anak-anak menjadi kelompok yang sangat rentan karena mereka sering bermain di tanah yang terkontaminasi dan tanpa sadar memasukkan tangan ke mulut tanpa mencucinya. Penularan juga bisa terjadi melalui media lain seperti air yang tercemar.
Dampak Kecacingan pada Kondisi Fisik dan Nutrisi
Anak yang terinfeksi kecacingan umumnya memiliki kondisi fisik dan nutrisi yang kurang baik. Gizi buruk menjadi salah satu faktor yang memperparah kondisi kecacingan pada anak. Hal ini menunjukkan keterkaitan erat antara kecacingan dan status gizi anak.
Pendekatan WHO untuk Menangani Kecacingan
WHO telah merekomendasikan setidaknya empat pendekatan untuk menangani kecacingan. Pendekatan-pendekatan tersebut meliputi konsumsi obat cacing secara berkala, penyuluhan kesehatan, perbaikan sanitasi, dan penyediaan obat yang aman serta efektif.
Target Global Pengendalian Kecacingan
Terakhir, WHO telah mencanangkan target global untuk pengendalian kecacingan (Soil-transmitted helminth) pada tahun 2030. Prof Tjandra berharap Indonesia juga dapat menetapkan target yang jelas dan terukur. Ia berharap, apalagi jika Indonesia akan menyongsong Indonesia Emas 2045, tidak ada lagi masalah kecacingan di masa depan.