
PLN Berkomitmen Mendorong Pemanfaatan Teknologi untuk EBT
PT PLN (Persero) menunjukkan komitmennya dalam mempercepat pemanfaatan sains dan teknologi sebagai alat utama untuk meningkatkan porsi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. Langkah ini dilakukan guna mendukung swasembada energi sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) Indonesia 2025 yang berlangsung di Bandung, PLN menyampaikan strategi dan rencana kerja sama dengan berbagai pihak.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek) memberikan peran penting bagi sektor industri, termasuk BUMN, sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi. Wakil Menteri Diktisaintek, Stella Christie, menegaskan bahwa penguatan riset dan penerapan ilmu pengetahuan menjadi kunci untuk mempercepat kemajuan industri. Ia juga menggarisbawahi pentingnya menjembatani kebutuhan industri dengan hasil riset yang ada.
“Kami terus-menerus memetakan kebutuhan BUMN agar bisa dilemparkan langsung kepada Bapak-Ibu sekalian, agar BUMN kita bisa meningkatkan revenue, menurunkan cost, berdasarkan riset yang dilakukan oleh Bapak-Ibu sekalian,” ujar Stella.
Selain itu, Stella menyoroti bahwa ekosistem riset nasional telah menghasilkan banyak prototipe dari basic research hingga translational research. Namun, tantangan terbesar adalah bagaimana inovasi tersebut dapat dihilirisasi menjadi solusi yang digunakan secara luas.
“Kemdiktisaintek berkomitmen mendukung skema-skema hilirisasi berbasis kolaborasi. Kami dorong agar riset dari kampus-kampus dapat menjelma menjadi solusi nyata bagi industri dan masyarakat,” tambahnya.
Kolaborasi dengan Perguruan Tinggi dan Lembaga Riset
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyambut baik langkah pemerintah dalam mendorong pemanfaatan riset sains dan teknologi di sektor industri. Baginya, sains dan teknologi menjadi kunci utama untuk meningkatkan bauran EBT nasional, sesuai dengan target Net Zero Emission 2060.
“Kami menyambut baik langkah Kementerian Diktisaintek dalam mendorong pemanfaatan riset sains dan teknologi di sektor industri. Bagi PLN, sains dan teknologi menjadi kunci untuk meningkatkan bauran EBT nasional,” ujarnya.
Executive Vice President Aneka Energi Baru Terbarukan PLN, Daniel K.F. Tampubolon, menambahkan bahwa pemanfaatan teknologi menjadi bagian integral dalam strategi percepatan transisi energi nasional. Ia menjelaskan bahwa transisi energi tidak hanya terbatas pada pembangkit EBT, tetapi juga memastikan seluruh ekosistem siap, mulai dari pembangkitan, transmisi, dan distribusi.
Peran Smart Grid dalam Transisi Energi
Daniel menekankan bahwa teknologi smart grid akan menjadi enabler utama dalam mengatasi inherent risk atas karakter intermitensi dari variable renewable energy (VRE). Smart Grid merupakan sistem kelistrikan modern yang memanfaatkan sistem informasi dan digital sehingga menjadikannya lebih fleksibel, responsif, dan dapat meningkatkan bauran EBT secara lebih optimal dengan tetap menjaga tingkat keandalan dan efisiensi operasi sistem.
PLN juga terus mendorong pengembangan infrastruktur green enabling transmission line sepanjang 47.758 kilometer sirkuit (kms) seperti yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034. Transmisi hijau ini dirancang untuk mengatasi ketidaksesuaian atau mismatch antara lokasi pembangkit EBT dengan pusat-pusat permintaan listrik dan kawasan industri lintas kepulauan.
“Mismatch ini memang menjadi salah satu tantangan utama di Indonesia sebagai negara kepulauan. Namun, dengan riset yang mendalam, kita dapat menghadirkan teknologi dan inovasi terapan yang adaptif dan berkelanjutan,” tutup Daniel.