Nasional Israel Tewaskan Jurnalis Al Jazeera Diduga Pemimpin Hamas

Israel Tewaskan Jurnalis Al Jazeera Diduga Pemimpin Hamas

130
0

Serangan Udara di Gaza Menewaskan Jurnalis Al Jazeera dan Tiga Rekan Lainnya

Serangan udara yang terjadi di Kota Gaza pada Minggu (10/8/2025) menewaskan seorang jurnalis senior dari stasiun berita Al Jazeera, Anas Al Sharif, bersama tiga rekan lainnya serta seorang asisten. Insiden ini terjadi ketika tenda tempat mereka berada di dekat Rumah Sakit Shifa di bagian timur Gaza diserang. Pejabat rumah sakit menyebut total korban jiwa dalam kejadian tersebut mencapai tujuh orang.

Pihak militer Israel mengklaim bahwa Anas Al Sharif adalah pemimpin sel Hamas yang menyamar sebagai jurnalis. Dalam pernyataannya, militer Israel menyatakan bahwa Anas Al Sharif memimpin sel teroris yang bertanggung jawab atas serangan roket terhadap warga sipil Israel dan pasukan IDF. Klaim ini didasarkan pada informasi intelijen dan dokumen yang diklaim ditemukan di wilayah Gaza.

Namun, Al Jazeera secara langsung mengecam klaim militer Israel. Mereka menyebut Anas Al Sharif sebagai salah satu jurnalis paling berani di Gaza dan menilai serangan tersebut sebagai upaya putus asa untuk membungkam suara para jurnalis menjelang pendudukan kota tersebut.

Hamas juga merespons dengan menganggap pembunuhan jurnalis tersebut sebagai tanda dimulainya ofensif baru Israel. Kelompok tersebut menyatakan bahwa tindakan seperti ini akan membuka jalan bagi kejahatan besar yang direncanakan oleh pendudukan di Kota Gaza. Mereka menilai serangan terhadap jurnalis merupakan upaya untuk mengintimidasi dan menghilangkan suara-suaranya.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya telah mengumumkan rencana melancarkan aksi ofensif baru untuk merebut kendali penuh atas Gaza. Situasi di wilayah tersebut semakin memburuk akibat krisis kelaparan yang berlangsung setelah agresi Israel sejak Oktober 2023 lalu.

Sebelumnya, berbagai organisasi kebebasan pers dan pakar PBB telah memperingatkan tentang ancaman nyawa Anas Al Sharif karena aktivitas peliputannya di Gaza. Bulan lalu, Pelapor Khusus PBB Irene Khan menyatakan bahwa tuduhan Israel terhadap Anas Al Sharif tidak berdasar. Pada Juli, Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) juga menyerukan komunitas internasional untuk melindungi Anas Al Sharif dari ancaman-ancaman yang muncul.

Insiden ini menunjukkan betapa rentannya kehidupan para jurnalis di kawasan konflik. Mereka tidak hanya harus menghadapi bahaya fisik, tetapi juga ancaman dari pihak-pihak yang ingin menghentikan pengungkapan fakta. Dalam situasi seperti ini, penting bagi dunia internasional untuk lebih memperhatikan perlindungan terhadap para jurnalis yang bekerja di daerah rawan konflik.

Kekerasan yang terjadi di Gaza tidak hanya mengorbankan nyawa warga sipil, tetapi juga mengancam kebebasan pers dan hak dasar manusia. Perlu adanya penegakan hukum internasional dan tekanan global agar konflik ini dapat segera berakhir, sehingga kehidupan di Gaza bisa kembali stabil dan aman.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini