
Pabrik Penggilingan Gabah di Majalengka Mogok Masal
Pabrik penggilingan gabah di Kabupaten Majalengka melakukan mogok masal selama dua hari sebagai bentuk kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai tidak mendukung para pengusaha penggilingan. Kondisi ini memicu penutupan banyak usaha penggilingan karena kurangnya pasokan gabah serta tekanan harga beras yang sangat murah.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, saat ini harga Harga Pokok Produksi (HPP) gabah kering pungut telah mencapai Rp 6.500 per kg. Sementara itu, harga gabah di tingkat petani sudah mencapai Rp 7.300 per kg. Namun, pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) beras sebesar Rp 12.500 per kg. Hal ini dinilai tidak seimbang oleh para pengusaha.
Ketua Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI) Kabupaten Majalengka, Dedei Koswara, mengatakan bahwa kebijakan pemerintah menyebabkan banyak pengusaha penggilingan tutup. Ia menjelaskan bahwa dengan harga gabah yang tinggi, idealnya harga beras harusnya mencapai Rp 13.500 per kg. Namun, pemerintah justru membatasi harga beras, sementara harga gabah tidak memiliki batas atas.
“Ini sangat tidak adil. Di satu sisi harga gabah mahal, di sisi lain harga beras murah. Ini sangat menyakitkan,” ujarnya.
Dedi berharap pemerintah tidak melakukan pembelian gabah langsung dari sawah melalui Bulog. Selain itu, ia juga menyarankan agar pemerintah tidak menetapkan HET beras. Dengan kebijakan seperti ini, para pengusaha penggilingan kecil akan lebih mudah bertahan.
Banyak Pengusaha Penggilingan Tutup
Saat ini, banyak pengusaha penggilingan kecil di Kabupaten Majalengka tutup akibat tidak adanya pasokan gabah. Menurut Dedi, hanya 30% dari total pengusaha penggilingan yang masih beroperasi. Dari 60 pengusaha yang berkumpul untuk mencari solusi, hanya 11 yang masih bisa berjalan.
Salah satu contohnya adalah Enggo, pengusaha penggilingan di Kecamatan Kertajati. Penggilingannya sudah lama tidak beroperasi karena tidak ada pasokan gabah. Sebelumnya, pengusaha ini biasa menyuplai beras ke Bandung dan Bogor. Namun, saat ini Bulog membeli gabah langsung dari petani, membuat pengusaha kecil kesulitan bersaing.
Pengusaha Penggilingan Masih Beroperasi
Meskipun banyak pengusaha tutup, beberapa pengusaha masih beroperasi dengan menerima pesanan gilingan dari petani. Mereka hanya menerima gabah dari petani yang memberikan modal awal atau untuk kebutuhan makan sehari-hari.
Para pengusaha berharap pemerintah dapat memberikan dukungan lebih kepada pengusaha penggilingan kecil. Mereka berharap pembelian gabah kembali dilakukan sesuai harga pasar, bukan dengan mekanisme yang membatasi keuntungan mereka.
Dengan kondisi ini, para pengusaha penggilingan berharap pemerintah dapat segera merumuskan kebijakan yang lebih adil dan membantu meningkatkan produktivitas sektor pertanian di daerah tersebut.