Olahraga Mengapa Pelatih Asing Dominasi BRI Super League 2025-2026

Mengapa Pelatih Asing Dominasi BRI Super League 2025-2026

76
0

Dominasi Pelatih Asing di BRI Super League 2025-2026

Dominasi pelatih asing dalam BRI Super League 2025-2026 menjadi topik yang menarik perhatian pengamat sepak bola Indonesia. Kesit Budi Handoyo, seorang pengamat sepak bola ternama, mengungkapkan bahwa fenomena ini bukan disebabkan oleh krisis pelatih lokal. “Sebenarnya kita tidak kekurangan pelatih lokal,” ujarnya. Menurutnya, setiap klub memiliki alasan masing-masing untuk memilih pelatih asing.

Salah satu alasan utama adalah kurangnya jumlah pelatih lokal yang mampu membawa klubnya meraih gelar juara Liga Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pelatih lokal belum bisa bersaing dengan pelatih asing. Selain itu, regulasi kompetisi yang memperluas kuota pemain asing juga menjadi faktor penting. “Kran pemain asing yang lebih banyak dibuka membuat banyak klub lebih menjatuhkan pilihannya kepada pelatih asing,” tambah Kesit.

Daftar Klub dan Pelatih yang Terlibat

Sebanyak 18 klub akan berlaga di BRI Super League 2025-2026. Mereka antara lain Persib Bandung, Dewa United, Malut United, Persebaya Surabaya, Borneo FC, PSM Makassar, Persija Jakarta, Bali United, PSBS Biak, Arema FC, Persita Tangerang, Persik Kediri, Semen Padang, Persis Solo, Madura United, PSIM Yogyakarta, Bhayangkara FC, dan Persijap Jepara.

Dari 18 klub tersebut, hanya satu yang dilatih oleh pelatih lokal, yaitu Malut United yang diarsiteki oleh Hendri Satrio. Sementara itu, pelatih asal Belanda mendominasi beberapa klub seperti Johnny Jansen di Bali United dan Jan Olde Riekerink di Dewa United. Dari Brasil, tiga pelatih seperti Mauricio Souza (Persija Jakarta) dan Marquinhos Santos (Arema FC) juga akan terlibat. Di sisi lain, tiga pelatih asal Portugal seperti Bernardo Tavares (PSM Makassar), Mario Lemos (Persijap Jepara), dan Eduardo Almeida (Semen Padang) juga turut serta.

Upaya Regenerasi dan Peningkatan Kualitas Pelatih Lokal

Kesit menyarankan agar PSSI dan I.League melakukan regenerasi serta peningkatan kualitas pelatih lokal agar mampu bersaing dengan pelatih asing di level Super League. Langkah paling konkret menurutnya adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pelatih lokal menangani klub-klub di Liga. Selain itu, ia juga mendorong pelatih lokal untuk meningkatkan kapasitas diri dan mencari peluang berkarier di luar negeri.

Pengaruh Kuota Pemain Asing

Pemilihan pelatih asing untuk klub-klub di Super League tidak lepas dari perluasan kuota pemain asing dalam satu musim kompetisi. Kecocokan gaya bermain, pengetahuan sepak bola, dan komunikasi sering kali menjadi pertimbangan. Namun, menurut Kesit, pengaturan kuota tersebut justru membuat ruang bermain atlet dalam negeri menjadi lebih sempit. “Banyaknya pemain asing belum tentu mampu memperkaya gaya bermain. Yang jelas banyaknya pemain asing membuat peluang pemain lokal menjadi lebih sempit,” ujarnya.

I.League, yang sebelumnya bernama PT Liga Indonesia Baru, telah menerbitkan regulasi baru untuk Super League 2025-2026. Isinya mengizinkan setiap klub mendaftarkan 11 pemain asing dan mengizinkan klub memainkan delapan pemain asing dalam satu pertandingan. Gelombang protes muncul, salah satunya dari Ketua Umum PSSI Erick Thohir.

I.League akhirnya menggunakan formula 11-9-7. Artinya, setiap klub boleh mendaftarkan 11 pemain asing, tapi hanya boleh memasukkan sembilan pemain ke dalam daftar susunan pemain dan hanya boleh memainkan maksimal tujuh pemain. Kesit menilai bahwa banyaknya pemain asing akan mengurangi peluang pemain lokal berkiprah di kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia. “Suka atau tidak situasi ini akan berpengaruh pada pembinaan pemain lokal sebagai cikal-bakal tim nasional,” ucap dia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini