
Penemuan Enam Spesies Tumbuhan Baru di Indonesia
Sebuah penemuan penting telah dilakukan oleh Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (SITH ITB) bersama tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Mereka berhasil menemukan enam spesies tumbuhan baru yang merupakan endemik Indonesia. Keenam spesies tersebut berasal dari keluarga Araceae, yang dikenal sebagai tanaman aroid.
Enam spesies yang ditemukan antara lain: Cyrtosperma hayii Raynalta, M.R.Hariri & A.S.D.Irsyam; C. prasinispathum A.S.D.Irsyam & M.R.Hariri; Homalomena adei M.R.Hariri & A.S.D.Irsyam; H. amarii A.S.D.Irsyam & M.R.Hariri; H. chikmawatiae A.S.D.Irsyam & M.R.Hariri; dan H. pistioides A.S.D.Irsyam, M.R.Hariri & Raynalta.
Kurator Herbarium Bandungense SITH ITB, Arifin Surya Dwipa Irsyam, menjelaskan bahwa awal dari penemuan ini berawal dari rasa penasaran dirinya dan peneliti BRIN, Muhammad R Hariri, saat berkunjung ke salah satu greenhouse komersil di Bogor. Mereka melihat tanaman tersebut memiliki ciri-ciri unik dan memutuskan untuk membeli beberapa tanaman komersil tersebut menggunakan dana pribadi.
Setelah itu, mereka melakukan penelitian di tiga lokasi berbeda. Pertama, di greenhouse Bogor untuk pengamatan morfologi lapangan. Kedua, di laboratorium BRIN untuk uji molekuler. Ketiga, di Herbarium Bandungense untuk analisis morfologi lanjutan serta menyimpan “holotype” dari spesies yang ditemukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies tersebut kemungkinan besar adalah spesies baru. Hal ini diperkuat oleh bukti taksonomi molekuler yang dilakukan di BRIN. Selama periode 2024 hingga 2025, Arifin dan Hariri menemukan keunikan lebih dari sembilan spesies tumbuhan yang diduga sebagai spesies baru. Dari jumlah tersebut, enam spesies sudah dipublikasikan di jurnal, dua di antaranya telah diterima, dan satu spesies lainnya masih dalam proses penelitian.
BRIN juga mengungkapkan bahwa tim peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE) bersama mitra taksonom berhasil mengidentifikasi satu spesies baru dari famili Araceae yang ditemukan di Provinsi Riau. Spesies ini diberi nama Homalomena chikmawatiae sebagai bentuk penghargaan kepada Tatik Chikmawati atas dedikasinya dalam pengembangan ilmu biosistematika tumbuhan di Indonesia.
Menurut Hariri, Homalomena chikmawatiae secara morfologi menyerupai genus Furtadoa dengan ciri khas daun memerisai dan bagian steril yang cukup besar pada spadix. Penelitian filogenetik berbasis sekuen ITS menunjukkan bahwa genus Furtadoa bersifat polifiletik dan seluruh spesiesnya kini direklasifikasikan ke dalam genus Homalomena.
Temuan ini menegaskan pentingnya pendekatan taksonomi integratif dalam memahami kompleksitas evolusi famili Araceae Malesia. “Penelitian kami menunjukkan bahwa keragaman morfologi dalam Homalomena, khususnya kelompok dengan spadix bertipe Furtadoa, jauh lebih kompleks dari yang selama ini diperkirakan,” kata Hariri.
Tantangan dalam Penelitian Tumbuhan Terna
Arifin menjelaskan bahwa tantangan terbesar dalam mempelajari tumbuhan terna adalah menunggu waktu berbunga yang tidak menentu dan bisa sangat lama. Selain itu, habitat alaminya juga sangat terbatas dan spesifik.
Ia menyebut minat penelitian tumbuhan terna masih tergolong rendah di Indonesia. Menurut dia, banyak kalangan masih berfokus pada pohon atau tumbuhan berkayu, padahal potensi ditemukannya jenis baru dari kelompok tumbuhan terna sangat besar. Bahkan, ia menyebut sejumlah tanaman hias yang diperdagangkan belum memiliki nama ilmiah yang sah.
“Salah satu misi kami adalah memberikan penamaan ilmiah yang valid bagi tumbuhan terna yang sudah populer di masyarakat. Misalnya, Homalomena “blue metallic” yang sempat viral di media sosial, kini telah diidentifikasi dan dideskripsikan secara resmi sebagai Homalomena amarii,” ujar Arifin.
Ia berharap riset yang telah dilakukannya menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk lebih tertarik pada bidang taksonomi tumbuhan. Karena, menurutnya, kekayaan flora Indonesia masih sangat luas dan belum sepenuhnya terungkap secara ilmiah.