
Kebutuhan Protein pada Anak-Anak
Anak-anak membutuhkan protein untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh mereka. Meskipun jumlahnya lebih sedikit dibanding orang dewasa, setiap individu sebaiknya memperoleh antara 10 hingga 35 persen kalori harian dari sumber protein. Namun, berapa jumlah protein yang diperlukan anak-anak?
Berikut adalah rekomendasi jumlah protein harian untuk anak-anak berdasarkan usia:
- Anak usia 2 hingga 3 tahun: 2 ons protein.
- Anak usia 4 hingga 8 tahun: 4 ons protein.
- Anak usia 9 hingga 13 tahun: 5 ons protein.
- Remaja usia 14 hingga 18 tahun: kebutuhan bervariasi tergantung jenis kelamin. Remaja laki-laki membutuhkan 6,5 ons, sedangkan remaja perempuan membutuhkan 5 ons.
Jika anak mengonsumsi protein melebihi kebutuhan, efek negatifnya bisa lebih besar daripada manfaatnya. Protein terdiri dari lebih dari 20 asam amino, di mana sembilan di antaranya disebut asam amino esensial. Asam amino ini harus berasal dari makanan karena tubuh tidak dapat memproduksinya sendiri.
Setelah anak mulai mengonsumsi makanan padat, biasanya mereka sudah cukup mendapatkan protein melalui makanan sehari-hari. Makanan kaya protein termasuk:
- Produk susu (susu, keju, yogurt)
- Telur
- Kacang-kacangan dan polong-polongan
- Ikan dan makanan laut
- Daging tanpa lemak
- Biji-bijian dan kacang-kacangan
Manfaat Suplemen Protein untuk Anak
Dalam beberapa situasi tertentu, anak mungkin membutuhkan tambahan protein. Misalnya, jika anak kurang berat badannya, pilih-pilih makanan, mengikuti diet vegan, atau memiliki kondisi metabolik. Dalam hal ini, suplemen seperti bubuk protein bisa menjadi alternatif.
Namun, sebelum memberikan suplemen apa pun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter anak. Dokter akan mengevaluasi pertumbuhan anak dan menentukan apakah ada kekurangan nutrisi yang perlu diperbaiki.
Risiko Menggunakan Bubuk Protein pada Anak
Meskipun bubuk protein bisa membantu, penggunaannya juga memiliki risiko. Jika anak mengonsumsi protein berlebihan, tubuh tidak akan menggunakan semua protein tersebut secara efisien. Hal ini dapat membebani organ tubuh, terutama hati dan ginjal.
Selain itu, pola makan tinggi protein sering dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner dan kanker. Jika anak diberi bubuk protein whey, mereka mungkin mengalami kesulitan mencerna, yang bisa menyebabkan gejala seperti kembung, gas, kram perut, dan diare. Kondisi ini sering disebabkan oleh intoleransi laktosa.
Ketika anak mengonsumsi protein berlebihan, tubuh akan menyimpan kelebihan kalori sebagai lemak. Pola makan tinggi protein juga membuat ginjal bekerja lebih keras untuk menyaring limbah, sehingga dalam jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan ginjal dan dehidrasi.
Selain itu, kadar protein yang tinggi juga berpotensi menyebabkan batu ginjal. Proses metabolisme protein menghasilkan nitrogen, yang dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk memproses limbah dan racun serta mengurangi kemampuan tubuh dalam mencerna nutrisi.