
Kinerja Keuangan BUMN Karya pada Semester Pertama Tahun 2025
Sejumlah perusahaan BUMN Karya telah melaporkan kinerja keuangan mereka selama semester pertama tahun 2025. Di antaranya adalah PT PP Tbk (PTPP), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Laporan ini dirilis di tengah isu penggabungan usaha atau merger antar BUMN Karya.
Kinerja PT PP Tbk (PTPP)
Laba bersih PT PP Tbk (PTPP) pada semester pertama tahun ini mengalami penurunan sebesar 55,61% menjadi Rp 65,24 miliar dari Rp 147 miliar pada periode yang sama tahun 2024. Penurunan laba sejalan dengan berkurangnya pendapatan usaha perseroan sebesar 23,77% menjadi Rp 6,70 triliun dari Rp 8,79 triliun secara year on year (yoy).
Pendapatan usaha PT PP berasal dari bisnis jasa konstruksi sebesar Rp 5,52 triliun, pendapatan properti dan realty sebesar Rp 486,16 miliar, serta pendapatan keuangan atas konstruksi aset keuangan sebesar Rp 163,52 miliar. Selain itu, ada pendapatan dari usaha persewaan peralatan sebesar Rp 27,17 miliar, usaha pracetak sebesar Rp 8,99 miliar, dan energi sebesar Rp 28,85 miliar. Pendapatan lain berasal dari jalan tol sebesar Rp 33,87 miliar dan jasa pertambangan sebesar Rp 106,73 miliar.
Beban pokok penjualan juga turun menjadi Rp 5,78 triliun dari Rp 7,75 triliun secara yoy.
Kinerja PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)
Emiten pelat merah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencatatkan rugi pada semester pertama tahun 2025 sebesar Rp 1,66 triliun. Nilai ini berbalik posisi dari laba pada semester pertama tahun 2024 sebesar Rp 401,95 miliar.
Catatan rugi tersebut berasal dari koreksi pendapatan WIKA sebesar 22,31% menjadi Rp 5,85 triliun dari Rp 7,53 triliun secara yoy. Penurunan pendapatan berasal dari turunnya pendapatan di seluruh bisnis perseroan. Bisnis infrastruktur dan gedung turun 32,36% menjadi Rp 2,34 triliun dari Rp 3,46 triliun secara yoy, industri turun 29,69% menjadi Rp 1,61 triliun dari Rp 2,29 triliun. Sementara lini energi dan industrial plant naik 27,5% menjadi Rp 1,53 triliun dari Rp 1,20 triliun dan pendapatan bisnis hotel turun 73,16% menjadi Rp 112,97 miliar dari Rp 421,01 miliar.
Di tengah penurunan pendapatan tersebut, perseroan juga menekan beban pokok pendapatan sebesar 36,8% dari Rp 6,88 triliun menjadi Rp 5,38 triliun.
Kinerja PT Waskita Karya Tbk (WSKT)
PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mencatatkan rugi bersih pada semester pertama tahun 2025 sebesar Rp 2,14 triliun. Rugi tersebut turun tipis 0,4% dibanding periode sebelumnya Rp 2,15 triliun pada semester pertama tahun sebelumnya.
Merujuk laporan keuangan yang diterbitkan perseroan, emiten yang berada di bawah Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) ini mencatatkan pendapatan usaha selama semester pertama anjlok sebesar 30% menjadi Rp 3,1 triliun dari Rp 4,4 triliun secara yoy. Sementara itu, perseroan menekan beban pokok pendapatan sebesar 36,8% dari Rp 3,8 triliun menjadi Rp 2,4 triliun.
Bisnis jasa konstruksi turun 32% menjadi Rp 2,1 triliun dari Rp 3,1 triliun secara yoy, penjualan precast turun 49% menjadi Rp 308 miliar dari Rp 610 miliar, pendapatan jalan tol naik 2,8% menjadi Rp 579 miliar dari Rp 563 miliar dan pendapatan properti turun 63,6% menjadi Rp 32,43 miliar dari Rp 89,18 miliar secara yoy.
Kinerja PT Adhi Karya Tbk (ADHI)
Emiten konstruksi milik negara PT Adhi Karya Tbk mencatatkan penurunan kinerja sepanjang paruh pertama tahun 2025. Emiten dengan kode saham ADHI ini mencetak laba bersih sebesar Rp 7,54 miliar hingga 30 Juni 2025, turun 45,24% dari Rp 13,77 miliar selama semester pertama 2024.
Sejalan dengan penurunan laba perusahaan, pendapatan usaha ADHI menurun sebesar 32,89% menjadi Rp 3,81 triliun dari Rp 5,68 triliun secara tahunan. Pendapatan ADHI selama enam bulan pertama tahun 2025 diperoleh dari bisnis teknik dan konstruksi sebesar Rp 3,11 triliun, bisnis properti dan pelayanan sebesar Rp 176,55 miliar, bisnis manufaktur sebesar Rp 383,26 miliar dan bisnis investasi dan konsesi sebesar Rp 136,14 miliar.
Dengan penyusutan pendapatan, ADHI menekan beban pokok pendapatan menjadi Rp 3,23 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 5,15 triliun.
Perbandingan Laba/Rugi H1/25 vs H1/24
| Emiten | Laba/Rugi H1/25 | Laba/Rugi H1/24 | Naik atau Turun (yoy) |
|——–|——————|——————|————————|
| PT PP Tbk (PTPP) | Rp 65,24 miliar | Rp 147 miliar | Koreksi 55,61% |
| PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) | (Rp 1,66 triliun) | Rp 401,95 miliar | Koreksi 514,71% |
| PT Waskita Karya Tbk (WSKT) | (Rp 2,14 triliun) | (Rp 2,15 triliun) | Naik 0,4% |
| PT Adhi Karya Tbk (ADHI) | Rp 7,54 miliar | Rp 13,77 miliar | Koreksi 45,24% |
Rencana Penggabungan Usaha BUMN Karya
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara Indonesia menjelaskan nasib penggabungan usaha perusahaan konstruksi BUMN Karya. Rencana ini akan membuat sejumlah BUMN Karya terbagi menjadi tiga entitas utama yang fokus sebagai kontraktor.
Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, menyampaikan salah satu langkah yang pasti dilakukan adalah pengurangan jumlah BUMN Karya yang saat ini terlalu banyak. Rencana tersebut sudah dibahas dalam rapat dengar pendapat (RDP) dan dikonsultasikan dengan masing-masing perusahaan. Ia menyebut kedepannya pemerintah menargetkan hanya akan ada sekitar tiga BUMN Karya yang kuat dan fokus menjalankan bisnis sebagai kontraktor murni.
“Jadi anak-anak perusahaan yang tidak menjadi kontraktornya, yang selama ini menjadi beberapa yang beberapa menjadi sumber permasalahan ini akan kami kelompokkan,” kata Dony ketika ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (23/7).
Saat ditanya mengenai prioritas, Dony menegaskan seluruh agenda tersebut menjadi fokus dalam enam bulan ke depan sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2025.
“Setiap proses itu semua dilakukan secara paralel, tergantung daripada skala masalah yang ada BUMN untuk masing-masing,” tambah Dony.
Sebelumnya, pemerintah mengumumkan bakal membentuk tiga holding BUMN Karya. Dalam skema tersebut, PT Wijaya Karya Tbk akan digabungkan dengan PT PP Tbk, sementara PT Adhi Karya Tbk akan menjadi induk bagi Brantas Abipraya dan Nindya Karya. Adapun PT Waskita Karya Tbk bakal dilebur ke PT Hutama Karya.