
Pengalaman Mengunjungi Panti Asuhan Griya Balita SYD Sidoarjo
Di lantai dua Panti Asuhan Griya Balita SYD Sidoarjo, Jawa Timur, Dwi (40) tampak sibuk menggendong dan menimbang bayi. Ia terlihat sangat telaten dan berpengalaman dalam merawat anak-anak kecil. Dengan gerakan lembut, ia mengayun bayi tersebut untuk menciptakan rasa aman dan nyaman.
Setelah satu bayi tertidur, Dwi mulai berinteraksi dengan yang lain. Meski hanya sekadar bertanya tentang mainan atau barang-barang di sekitarnya, ia percaya bahwa interaksi ini penting untuk merangsang perkembangan kognitif dan emosional bayi-bayi tersebut. Sebanyak 17 bayi dirawat di panti ini setiap minggu. Mereka berasal dari berbagai latar belakang dan daerah, dengan kondisi yang berbeda-beda.
Beberapa dari mereka adalah korban sindikat perdagangan bayi, ada juga yang ditelantarkan karena tidak diinginkan orangtuanya. Ada pula yang lahir dari orang tua dengan kondisi khusus, serta beberapa yang dititipkan karena masalah ekonomi. Wajah-wajah polos dan manis dari bayi-bayi ini membuat hati siapa pun yang melihatnya menjadi hangat dan penuh perhatian.
Ini adalah pertama kalinya Dwi memilih menghabiskan waktu libur kerjanya untuk berkunjung ke panti asuhan ini bersama putri semata wayangnya yang sudah berusia 21 tahun. Awalnya ia mengetahui tempat ini melalui TikTok dan ingin sedikit membantu adik-adik bayi di sana.
Perasaannya campur aduk saat pertama kali melihat wajah-wajah polos bayi-bayi itu. Ia merasa teriris mendengar cerita pengasuh tentang perjalanan hidup mereka. “Mereka membuat saya lebih banyak bersyukur dan ingin lebih banyak berbagi,” ujarnya dengan penuh haru. Dwi hanya memiliki satu anak, tetapi ketika datang ke panti ini, ia merasa terketuk untuk kembali berkunjung.
Selain Dwi, ada juga pengunjung lain seperti Ica (26), yang datang ke panti untuk memenuhi nazar setelah menanti momongan selama dua tahun. “Saya pernah belum hamil-hamil terus, jadi membuat nazar. Dan sebenarnya rencana lama, tapi baru terlaksana sekarang,” katanya. Ica datang bersama suaminya dan putrinya yang masih berusia kurang dari satu tahun.
Ica memberikan pesan kepada anak muda, terutama perempuan, untuk lebih menjaga diri. “Karena anak-anak di sini masih membutuhkan kasih sayang,” ujarnya. Menurut salah satu pengasuh, pengunjung panti yang membantu menimang bayi biasanya lebih banyak perempuan, sedangkan laki-laki jarang hadir.
Erwin (42), yang berasal dari Surabaya, datang bersama istri dan kedua anaknya untuk berdonasi. Saat tiba, ia langsung menyapa bayi-bayi di sana. Tanpa perlu banyak bicara, seorang bayi laki-laki mengulurkan tangan dan ingin didekap oleh Erwin. Pelukan itu begitu erat, seolah-olah bayi itu merindukan dekapan ayah yang belum pernah dia rasakan.
“Peran ayah sangat penting bagi seorang anak. Bukan hanya memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi juga memberikan kasih sayang yang penuh,” ujar Erwin. Baginya, berkunjung ke panti asuhan adalah bentuk panggilan aksi kemanusiaan yang harus dilakukan oleh setiap orang yang mampu.
Ia merasa miris melihat banyaknya bayi-bayi yang dititipkan keluarganya. Padahal, di awal kelahiran, dekapan rasa aman dan nyaman dari keluarga adalah hal yang sangat dibutuhkan. “Semakin banyak bayi yang dititipkan ke panti asuhan, berarti dunia semakin tidak baik-baik saja,” pungkasnya.


















































