Ragam VERNA DOC 2025: Dokumentasi Warisan Budaya dan Teknologi Hijau Minangkabau

VERNA DOC 2025: Dokumentasi Warisan Budaya dan Teknologi Hijau Minangkabau

24
0

Penutupan Kegiatan VERNADOC 2025 di Fakultas Teknik Universitas Andalas

Fakultas Teknik Universitas Andalas resmi menutup rangkaian kegiatan International Exhibition Indonesian VERNADOC Camp 2025 melalui seminar dan pameran yang menghadirkan fokus pada pelestarian Kincia Lasuang. Kincia Lasuang merupakan teknologi tradisional penggilingan padi berbasis tenaga air khas Minangkabau yang menjadi bagian penting dari warisan budaya daerah.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi bagian dari peringatan Lustrum ke-8 Fakultas Teknik, tetapi juga mencerminkan upaya nyata dalam mendokumentasikan warisan budaya dengan pendekatan VERNADOC (Vernacular Documentation). Program yang berlangsung sejak 14 hingga 28 Juli 2025 ini melibatkan kolaborasi lintas institusi, termasuk Universitas Andalas, Universitas Indonesia, Oxford Brookes University, Arcadia, serta komunitas VERNADOC Indonesia.

Selama dua minggu, peserta melakukan pendokumentasian Kincia Lasuang di empat lokasi, yaitu Jorong Cangkiang (Batu Taba, Agam), Jorong Lubuak Aro (Nagari Tandikek Iduak, Padang Pariaman), Jorong Paramantalang (Nagari Tandikek Utara, Padang Pariaman), dan Desa Tangah Sawah (Silungkang, Sawahlunto). Proses dokumentasi ini memadukan pengukuran langsung, sketsa manual, dan wawancara mendalam dengan masyarakat setempat.

Dalam seminar penutupan yang dilaksanakan pada Senin (28/7/2025), Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, Ph.D., yang mewakili Rektor Universitas Andalas, menyampaikan bahwa pendokumentasian ini tidak hanya bertujuan mempertahankan pengetahuan teknis tentang Kincia Lasuang, tetapi juga merevitalisasi teknologi hijau lokal yang relevan dengan isu keberlanjutan. Gubernur Sumatera Barat juga memberikan dukungan serupa melalui sambutan tertulisnya, yang menegaskan bahwa kegiatan ini “menghidupkan kembali teknologi tradisional yang relevan dalam menghadapi tantangan keberlanjutan masa kini.”

Prof. Dr. Henmaidi, S.T., M.Eng.Sc., Wakil Rektor IV Unand, menekankan bahwa VERNADOC 2025 bukan sekadar forum akademik, tetapi juga wujud komitmen Universitas Andalas dalam menyinergikan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Ia menjelaskan bahwa dengan mendokumentasikan Kincia Lasuang, kita tidak hanya merekam warisan teknologi hijau Minangkabau, tetapi juga membangun kesadaran lintas generasi tentang pentingnya pelestarian budaya lokal sebagai bagian dari solusi keberlanjutan.

Dr. Is Prima Nanda, S.T., M.T., Dekan Fakultas Teknik, menambahkan bahwa dokumentasi arsitektur tradisional merupakan elemen penting dalam pembelajaran arsitektur. Melatih mahasiswa mendokumentasikan arsitektur vernakular berarti menanamkan pemahaman tentang nilai-nilai budaya, konteks sosial, dan keterkaitan ekologis yang terkandung di dalamnya.

Ir. Ahmad Junaidi, M.T., Ketua Program Studi Arsitektur Unand, menekankan bahwa hasil dokumentasi ini akan menjadi arsip visual berharga yang mendukung penelitian dan advokasi pelestarian budaya. Dalam sesi seminar, Prof. Yenny Narny, Guru Besar Sejarah Sosial Unand, menilai bahwa metode VERNADOC mampu menghidupkan kembali memori kolektif arsitektur lokal. Menurutnya, mendokumentasikan arsitektur tidak sekadar menggambar bangunan, tetapi juga menulis ulang sejarah sosial melalui narasi-narasi lokal yang sering terabaikan.

Dari perspektif pelestarian budaya, Drs. Nurmatias, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Sumatera Barat, menyoroti dimensi ekologis arsitektur vernakular Minangkabau. Filosofi Alam Takambang Jadi Guru bukan sekadar slogan, tetapi nyata tercermin dalam pemilihan material, teknik konstruksi tahan gempa, hingga tata ruang yang sarat nilai lokal. Ia menekankan bahwa pelestarian budaya harus berakar pada kearifan lokal, bukan sekadar pada regulasi administratif.

Rangkaian kegiatan ini mencapai puncaknya dengan pameran publik yang menampilkan puluhan sketsa tangan, diagram teknis, dan narasi visual hasil dokumentasi Kincia Lasuang. Pameran tersebut tidak hanya menonjolkan aspek arsitektural, tetapi juga membuka ruang pemahaman yang lebih luas tentang keterhubungan masyarakat Minangkabau dengan alam, praktik kerja kolektif, serta nilai-nilai hidup yang mereka junjung.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini