Internasional Konflik Perbatasan Thailand-Kamboja: Tanggapan Global

Konflik Perbatasan Thailand-Kamboja: Tanggapan Global

35
0

Perkembangan Konflik Bersenjata antara Kamboja dan Thailand

Konflik bersenjata antara Kamboja dan Thailand terus berlangsung, dengan korban jiwa yang semakin meningkat. Pada hari kedua konflik, yaitu Jumat (25/7), jumlah korban tewas mencapai 16 orang. Berikut adalah perkembangan terbaru mengenai konflik ini.

Hari Pertama: Awal Kekacauan di Perbatasan

Pada hari pertama konflik, yakni Kamis (24/7), baku tembak antara pasukan Kamboja dan Thailand terjadi di enam lokasi. Menurut laporan militer Thailand, perang terjadi di Provinsi Ubon Ratchathani dan Surin. Pasukan darat Thailand didukung oleh tank-tank bertempur untuk menguasai wilayah tertentu. Sementara itu, Kamboja menembakkan roket ke wilayah Thailand, termasuk beberapa yang mendarat di rumah sakit dan minimarket. Negeri Gajah Putih membalas dengan mengerahkan enam jet tempur F-16 untuk menyerang sasaran-sasaran militer di seberang perbatasan.

Hari Kedua: Konflik Meluas dan Korban Bertambah

Pada hari kedua, konflik meluas hingga mencapai 12 lokasi di sepanjang perbatasan yang disengketakan. Jubir militer Thailand menyatakan bahwa Kamboja terus menggunakan senjata berat. Jumlah korban jiwa dari pihak Thailand meningkat menjadi 15 orang, naik dari 14 pada hari sebelumnya. Sementara itu, pihak Kamboja melaporkan satu warga sipil tewas akibat konflik.

Pengungsian yang Meningkat

Lebih dari 100.672 orang telah mengungsi akibat konflik di perbatasan Kamboja-Thailand. Kementerian Dalam Negeri Thailand menyebutkan bahwa pengungsi berasal dari empat provinsi yang berbatasan langsung dengan Kamboja. Mereka kini telah dipindahkan ke hampir 300 tempat penampungan sementara.

Respons Internasional: Permintaan Tahan Diri dan Gencatan Senjata

Singapura menyatakan keprihatinan atas eskalasi konflik dan meminta kedua negara untuk menahan diri serta menghentikan permusuhan. Singapura juga mengimbau warganya untuk menunda perjalanan ke wilayah perbatasan. Sementara itu, Malaysia mengungkapkan kekhawatiran serius dan meminta gencatan senjata segera dilakukan. Perdana Menteri Anwar Ibrahim menyampaikan keinginan Malaysia untuk membantu proses dialog damai antara Thailand dan Kamboja.

Indonesia juga menunjukkan sikap optimis bahwa konflik akan selesai secara damai. Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan bahwa pemerintah yakin kedua negara akan kembali pada cara-cara damai untuk menyelesaikan masalah mereka sesuai prinsip-prinsip ASEAN.

Penolakan Mediasi Asing dan Keinginan untuk Dialog

Thailand menyatakan keterbukaannya jika Malaysia ingin menjadi mediator dalam penyelesaian konflik. Namun, Thailand menolak mediasi dari Amerika Serikat dan China karena lebih memilih solusi bilateral. Pernyataan ini disampaikan oleh juru bicara Kemlu Thailand, Nikorndej Balankura.

Penyebab Eskalasi Konflik

Menurut laporan, konflik dimulai ketika pasukan Thailand naik ke Kuil Ta Muan Thom yang berada di wilayah Kamboja dan memasang kawat berduri. Selanjutnya, drone milik kedua pihak ditemukan di lokasi tersebut. Kedua belah pihak saling menuduh melakukan tembakan pertama. Setelah itu, bentrokan terjadi di berbagai titik perbatasan dengan penggunaan senjata ringan dan berat.

Serangan roket dan balasan mortir terjadi di sejumlah wilayah, termasuk dekat kuil dan area pemukiman. Seorang warga sipil tewas dan tiga lainnya luka parah, termasuk seorang anak. Pihak Thailand juga meluncurkan serangan balasan yang menghancurkan suplai militer Kamboja. Di akhir hari, pos pemeriksaan perbatasan ditutup dan pihak Thailand mengecam serangan Kamboja.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini