Ragam SMP Santa Maria Iwin, Pintu Masuk Pendidikan di Hutan Papua

SMP Santa Maria Iwin, Pintu Masuk Pendidikan di Hutan Papua

27
0

Sekolah Katolik Santa Maria: Tantangan dan Harapan di Kaki Gunung Papua Barat Daya

SMP Katolik Santa Maria berada di kawasan yang sangat terpencil, yaitu Kampung Iwin, Distrik Fef, Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat Daya. Lokasi sekolah ini dikelilingi oleh hutan yang masih alami, sehingga akses ke sana terbilang sulit. Meski begitu, sekolah ini memiliki konsep asrama yang menawarkan pendidikan bagi anak-anak dari berbagai daerah.

Sekolah ini mulai beroperasi pada Agustus 2024 lalu, dan dalam tahun ajaran 2025/2026 menerima sebanyak 40 siswa baru. Dengan jumlah siswa kelas VII dan VIII mencapai 80 orang, SMP ini menjadi salah satu pusat pendidikan yang diminati oleh masyarakat setempat maupun daerah lain.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Tambrauw, Yosep Yewen, menyampaikan bahwa minat masyarakat untuk mendaftarkan anaknya ke SMP Katolik Santa Maria cukup tinggi. Jumlah pendaftar mencapai lebih dari 100 anak, termasuk dari wilayah Sorong. Namun, karena keterbatasan fasilitas, hanya 40 siswa yang dapat diterima. Sisanya harus kembali melanjutkan pendidikannya di daerah masing-masing.

Untuk menghadapi tantangan ini, dinas pendidikan sedang merencanakan pembangunan tambahan fasilitas, seperti asrama putra dan putri, agar bisa menampung lebih banyak siswa di masa depan. Selain itu, rencana pembangunan SD dan SMA juga sedang dipertimbangkan, meskipun harus disesuaikan dengan kemampuan anggaran daerah.

“Kami berusaha membangun secara bertahap,” ujar Yosep.

Kunjungan Majelis Rakyat Papua Barat Daya

Pada Senin (21/7/2025), SMP Katolik Santa Maria dikunjungi oleh anggota Majelis Rakyat Papua Barat Daya (MRPBD). Rombongan ini berasal dari Pokja Agama Katolik dan dipimpin oleh Wakil Ketua II MRPBD Vinsensius Paulinus Baru. Kunjungan ini menjadi kesempatan bagi siswa, guru, dan para suster untuk menyampaikan keluhan terkait kondisi sekolah.

Salah satu siswa menceritakan perjuangannya untuk bisa mendaftar dan bersekolah di SMP Katolik Santa Maria. Ia harus berjalan kaki selama tiga hari dari kampung halamannya. Siswa lainnya menyampaikan kesulitan dalam mendapatkan air bersih, keterbatasan listrik, serta minimnya fasilitas olahraga.

Para guru juga menyampaikan harapan mereka, yaitu adanya rumah dinas atau mess guru agar tidak perlu bolak-balik dari Fef. Perjalanan menuju sekolah membutuhkan waktu hampir satu jam melintasi medan jalan yang ekstrem.

Harapan dari MRPBD

Vinsensius Paulinus Baru menyatakan bahwa sekolah berpola asrama adalah bukti nyata dari implementasi otonomi khusus (Otsus) di bidang pendidikan. Ia menegaskan bahwa MRPBD akan terus mendorong pemerintah kabupaten dan provinsi untuk segera membantu pembenahan fasilitas di sekolah ini.

Selain itu, Vinsensius menambahkan bahwa pihaknya akan menyuarakan aspirasi masyarakat, khususnya terkait penyediaan air bersih, listrik, dan fasilitas olahraga. Termasuk pengadaan bus untuk meningkatkan mobilitas guru dan siswa.

“Kami akan perjuangkan agar pemprov bisa turut membantu,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini