Pariwisata 4 Kesalahan Umum Pemula yang Ancam Keselamatan Pendakian

4 Kesalahan Umum Pemula yang Ancam Keselamatan Pendakian

21
0

Pentingnya Persiapan yang Matang dalam Mendaki Gunung

Mendaki gunung bukanlah aktivitas yang bisa dilakukan dengan sembarangan. Banyak risiko yang bisa terjadi jika persiapan tidak dilakukan secara matang. Sayangnya, masih banyak pendaki pemula yang terlalu antusias untuk mencapai puncak tanpa memperhatikan dasar-dasar keselamatan. Tanpa fisik yang kuat, perlengkapan yang cukup, pemahaman tentang etika, dan mental yang tangguh, pendakian bisa berubah menjadi pengalaman buruk bahkan membahayakan diri sendiri dan orang lain. Berikut ini adalah empat kesalahan umum yang sering dilakukan oleh pendaki pemula.

1. Tidak Melakukan Latihan Fisik

Banyak pendaki datang ke gunung tanpa melakukan latihan fisik sama sekali. Padahal, mendaki tidak hanya melibatkan jalan kaki di medan curam, tetapi juga mengangkat beban seberat 5–10 kilogram. Selain stamina yang baik, kemampuan daya tahan dan adaptasi terhadap medan ekstrem juga sangat penting.

Sulthan, anggota MAHACITA UPI, pernah mengalami hal ini. “Kadang kalau tidak olahraga sebelum naik gunung atau tidak mempersiapkan dengan baik, saya tidak dibolehin (naik) waktu itu,” ujarnya. Fisik yang siap bisa mengurangi risiko cedera atau kelelahan berlebihan. Beberapa latihan fisik yang bisa dilakukan antara lain jogging ringan, naik-turun tangga, atau membawa beban berat sebagai simulasi.

2. Membawa Perlengkapan Secara Sembarangan

Masih banyak pendaki yang kurang memperhatikan perlengkapan. Banyak dari mereka hanya membawa jaket dan tenda tipis, sementara alat penting seperti sleeping bag, matras, tenda dua lapis, hingga sepatu gunung sering kali diabaikan. Perlengkapan yang tidak lengkap dapat menyebabkan stamina cepat habis, tidur tidak nyaman, hingga risiko hipotermia.

“Matras, sepatu, sleeping bag, tenda dan sebagainya itu minimal banget. Tenda juga harus dua lapis. Itu tuh basic,” kata Sulthan. Ia menekankan pentingnya memahami medan. “Kalau lewat jalur Torean (di Gunung Rinjani) itu minimal bawa webbing, cowstail, dan carabiner. Kalau tidak bisa pasang alatnya, ya belajar. Jangan setengah-setengah.”

3. Mengabaikan Etika Alami dan Budaya Lokal

Etika sering kali diabaikan oleh pendaki. Contohnya adalah membuang sampah sembarangan atau meninggalkan jalur tanpa menjaga kebersihan. Hal ini bisa merusak jalur dan melanggar batas kawasan. Setiap kawasan taman nasional, suaka margasatwa, taman wisata alam, atau cagar alam memiliki aturan masing-masing. Selain itu, banyak jalur pendakian melewati desa adat yang memiliki norma sendiri. Menghargai budaya lokal, tidak bicara sembarangan, dan menjaga sikap bukan hanya soal sopan santun, tapi juga bagian dari etika sebagai tamu di daerah yang disinggahi.

4. Mental dan Kelompok yang Mendukung

Hal yang sering dilupakan saat memulai pendakian adalah mental. Saat cuaca buruk datang atau kondisi fisik mulai melemah, mental menjadi penentu apakah pendakian harus dilanjutkan atau tidak. Selain itu, memilih kelompok yang supportif juga sangat penting. Menurut Sulthan, pendaki pemula sebaiknya mendaki bersama orang-orang yang sudah berpengalaman. “Larena kelompok pun bisa ngebawa mental yang bagus,” katanya. Jika belum memiliki pengetahuan tentang pendakian, bisa mencari informasi melalui konten edukatif di media sosial atau mengikuti kegiatan komunitas.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini