
SMAN 1 Depok Terapkan Kebijakan Kelas dengan Maksimal 48 Siswa
SMAN 1 Depok, salah satu sekolah terkemuka di Jawa Barat, telah menerapkan kebijakan baru yang mengatur jumlah siswa dalam satu kelas. Sesuai instruksi dari Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, setiap kelas maksimal berisi 50 siswa. Namun, setelah dilakukan analisis, pihak sekolah memutuskan untuk menetapkan jumlah siswa per kelas sebanyak 48 orang. Langkah ini diambil guna menjaga kenyamanan dan efektivitas proses belajar mengajar.
Kebijakan ini mulai diterapkan pada awal semester baru, dan beberapa siswa merasa tidak nyaman dengan kondisi ruang kelas yang sempit. Sejumlah siswa mengeluhkan bahwa ruangan yang digunakan untuk kelas X ternyata adalah ruangan yang biasanya digunakan oleh siswa kelas XII. Hal ini menyebabkan pihak sekolah harus memindahkan seluruh siswa kelas XII ke ruangan yang lebih kecil.
Pengalaman Siswa dan Keluhan terhadap Kebijakan
Azzahwa Fitri Harrara, seorang siswa kelas X, menyampaikan ketidaksetujuannya terhadap kebijakan ini. Menurutnya, kebijakan tersebut tidak efisien karena ruangan yang digunakan tidak cukup luas untuk menampung 48 siswa. Ia merasa kelas menjadi terlalu penuh, terutama saat istirahat, sehingga membuat suasana menjadi ramai dan sulit untuk berkonsentrasi.
Ratifa Bella, juga seorang siswa kelas X, menilai bahwa tidak semua sekolah di Jawa Barat memiliki fasilitas yang memadai. Meskipun fasilitasnya baik, ia tetap tidak setuju dengan kebijakan ini. Ia menegaskan bahwa masalah utamanya bukanlah penambahan AC, melainkan jumlah siswa dalam satu kelas. Ia khawatir dengan semakin banyaknya siswa, guru akan kesulitan dalam memberikan perhatian yang merata kepada seluruh murid.
Stanislaus Marvel menggambarkan pengalamannya saat pertama kali masuk ke kelas. Menurutnya, ruangan sangat penuh hingga sulit untuk duduk. Bahkan, ia harus mengeluarkan satu kursi agar bisa masuk. Sementara itu, Gendis Chandani mengeluhkan tentang ruang yang terlalu sempit antara meja kursi, sehingga dua kursi tidak bisa digunakan.
Masalah Udara dan Keprihatinan Guru
Masalah udara yang panas juga menjadi keluhan utama dari para siswa. Khaira Putri menyatakan bahwa udara di dalam kelas menjadi sangat sumpek, terutama saat jam istirahat. Sementara itu, Abid Ghassan khawatir tentang dampak kebijakan ini terhadap kualitas pembelajaran. Ia memperkirakan bahwa guru akan kesulitan dalam mengontrol seluruh siswa, sehingga kemungkinan besar ada siswa yang tidak memahami materi.
Ratna Ristianti, guru biologi SMAN 1 Depok, mengakui adanya tantangan dalam mengajar. Menurutnya, tantangan terbesar adalah saat praktikum, di mana jumlah siswa yang banyak membuat sulit untuk mengawasi semua siswa secara merata. Ia menekankan pentingnya pengawasan ekstra untuk memastikan keamanan dan keselamatan siswa selama praktikum.
Harapan Siswa dan Solusi yang Diusulkan
Para siswa berharap kebijakan ini dapat dikaji ulang. Azzahwa berharap pemerintah Provinsi Jawa Barat lebih mempertimbangkan kenyamanan siswa dalam proses belajar mengajar. Ratifa menambahkan bahwa solusi bukan hanya penambahan AC, melainkan penambahan ruang kelas atau penyesuaian lainnya. Ia menilai bahwa fokus utama seharusnya bukan hanya pada penambahan AC, tetapi pada struktur dan kapasitas ruang kelas.
Penjelasan Gubernur Jawa Barat
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyatakan siap menerima kritik dan hujatan demi masa depan pendidikan anak bangsa. Ia menegaskan bahwa kebijakan ini diambil sebagai langkah untuk mengurangi angka putus sekolah. Menurutnya, kebijakan ini bersifat tentatif dan hanya diterapkan di daerah yang kurang memiliki sekolah. Ia mencontohkan, jika kuota siswa di SMA negeri mencapai 480 orang, maka siswa tambahan bisa dimasukkan ke sekolah tersebut.
Dedi juga menjanjikan bahwa dalam tiga tahun ke depan, Jawa Barat akan mencapai nol persen anak putus sekolah. Ia juga menyatakan akan membahas dampak kebijakan ini terhadap sekolah swasta, termasuk solusi untuk mengatasi kekurangan siswa.