
Menteri Keuangan AS Kritik Federal Reserve dan Desak Evaluasi Menyeluruh
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Scott Bessent, menyatakan bahwa lembaga Federal Reserve (Fed) perlu dilihat secara menyeluruh. Ia menilai peninjauan tersebut harus mencakup seluruh fungsi lembaga, bukan hanya fokus pada isu renovasi gedung.
Dalam wawancara dengan CNBC Squawk Box, Bessent mengatakan bahwa yang perlu dilakukan adalah memeriksa seluruh institusi Federal Reserve dan apakah mereka telah berhasil menjalankan tugasnya. Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan antara Gedung Putih dan bank sentral AS. Hingga saat ini, belum ada kejelasan tentang siapa yang akan memimpin peninjauan atau bagaimana bentuknya nanti.
Pekan lalu, muncul laporan bertentangan tentang apakah Presiden AS, Donald Trump, sedang bersiap memecat Ketua Fed, Jerome Powell. Namun, Trump segera membantah rencana tindakan yang dapat melanggar hukum.
Tekanan dari Pemerintahan Trump terhadap Powell
Pemerintahan Trump semakin intens menekan Powell dari berbagai sisi. Bessent, yang disebut-sebut sebagai pengganti Powell, mengatakan bahwa Trump meminta berbagai macam pendapat sebelum mengambil keputusan. Ia juga menyampaikan bahwa keputusan akhir tetap ada di tangan presiden.
Trump sudah lama mendesak Fed untuk menurunkan suku bunga secara agresif, tapi tuntutan itu belum dipenuhi oleh Powell. Ketegangan semakin tinggi setelah Trump beberapa kali menunjukkan surat pemecatan kepada anggota Partai Republik, meski belum jelas apakah itu benar miliknya. Padahal, Trump sendiri yang menunjuk Powell pada 2018, sebelum akhirnya diangkat kembali oleh Presiden AS, Joe Biden pada 2022.
Menurut Bessent, pencarian pengganti Powell memang sudah dimulai lebih awal dari biasanya oleh pemerintahan Trump. Ia mengatakan, dirinya tidak ingin berspekulasi, dan menambahkan masa jabatan Powell akan habis pada Mei, sementara kursi lainnya juga kosong mulai Januari.
Proyek Renovasi Gedung Fed Jadi Sorotan Politik
Selain itu, pemerintah Trump juga menggencarkan kritik terhadap proyek renovasi markas Fed di Washington yang menelan biaya 2,5 miliar dolar AS. Proyek itu dinilai terlalu mewah dan mengundang kecaman karena dilakukan oleh institusi yang tengah mengalami kerugian lebih dari 100 miliar dolar AS per tahun.
Dalam unggahannya di X, Bessent menyebut telah meminta tinjauan internal terhadap keputusan tersebut. Gaya renovasi yang dipersoalkan termasuk pemasangan sarang lebah Italia, fitur air, hingga lift khusus pejabat.
Direktur Kantor Manajemen dan Anggaran, Russ Vought, bahkan menuding Powell menyesatkan Kongres soal proyek itu. Powell sudah membalas tuduhan tersebut lewat surat kepada Vought, dengan menyatakan gedung Fed belum direnovasi hampir satu abad dan kini mengalami kerusakan struktural serius.
Situasi makin memanas setelah anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anna Paulina Luna mengajukan permintaan penyelidikan pidana terhadap Powell. Ia menuduh Powell berbohong saat sidang Kongres pada Februari lalu. Sampai saat ini, Fed belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai tuduhan tersebut.
Bessent Dukung Pelonggaran Kebijakan Moneter
Bessent mendorong pelonggaran kebijakan moneter karena menurutnya inflasi sudah mereda. Ia menyatakan bahwa Fed membuat ketakutan tentang tarif, dan sejauh ini kami melihat sangat sedikit, jika ada, inflasi.
Ia menyayangkan belum adanya penurunan suku bunga sejak Desember 2024, padahal hal itu terus didesak oleh Presiden Trump. Ia juga menyebut kinerja Fed perlu ditinjau ulang karena bisa saja menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut Bessent, AS berada di ambang lonjukan ekonomi seperti era dot-com tahun 1990-an, terutama karena revolusi artificial intelligence atau akal imitasi (AI). Berdasarkan diskusinya dengan para pemimpin industri teknologi di Sun Valley, ia percaya AI bisa memberikan dampak besar mulai awal 2026 tanpa memicu inflasi.
Sementara itu, Powell menyatakan Fed masih menunggu data tambahan untuk menilai dampak kebijakan ekonomi yang diambil Trump. Data terbaru menunjukkan inflasi kembali naik pada Juni 2025. “Tarif mulai menggigit,” kata Kepala Ekonom Navy Federal Credit Union, Heather Long.