
Pengelolaan Sampah di Dapur SPPG Bondowoso
Di salah satu dapur satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) di Bondowoso, Jawa Timur, setiap hari menghasilkan sekitar 50 kilogram sampah. Sampah tersebut terdiri dari berbagai jenis, termasuk sisa makanan dan bahan organik yang memerlukan pengelolaan khusus.
Mila Afriana Agustin, kepala satuan pelayanan pemenuhan gizi di Dapur Kelurahan Badean, menjelaskan bahwa pihaknya telah bekerja sama dengan bank sampah. Hal ini memungkinkan pengelolaan sampah organik dilakukan secara lebih efisien. Setiap harinya, sampah-sampah organik seperti sisa nasi, sayuran, dan buah-buahan diambil oleh pengelola bank sampah, magot, serta masyarakat sekitar.
Untuk sampah anorganik, Mila menyampaikan bahwa jika masih bisa dimanfaatkan, biasanya akan dijual. Sementara itu, sisanya akan diangkut oleh penarik sampah. Langkah ini membantu mengurangi dampak lingkungan dari sampah yang tidak dapat diproses kembali.
Mahfud, pelaku usaha pengelolaan sampah organik Bondowoso, juga mengelola sampah dari satu dapur SPPG di Kelurahan Badean. Ia mengatakan bahwa dalam sehari, ia bisa mengangkut sekitar 50 kilogram sampah organik. Sampah tersebut kemudian dikelola menjadi magot, yang merupakan bahan baku untuk pakan ternak atau pupuk alami.
Meski demikian, Mahfud mengungkapkan bahwa saat ini ia kesulitan mengelola sampah dari dua dapur SPPG lainnya, yaitu di Pakem dan Jambesari DS. Alasannya adalah jarak yang cukup jauh dari lokasi pengelolaan sampah yang ia kelola.
Komandan Kodim 0822 Bondowoso, Letkol Arh Achmad Yani, menjelaskan bahwa pengelolaan sampah di SPPG mandiri diserahkan kepada para mitra. Yang terpenting adalah sampah harus dikelola dengan baik agar tidak mencemari lingkungan. Menurutnya, mitra mandiri dapat bekerja sama dengan bank sampah atau Dinas Lingkungan Hidup. Penting untuk memastikan bahwa pengelolaan sampah tidak menimbulkan biaya tambahan atau kerugian.
Berbeda dengan SPPG Badean, Sudarmo Putri, mitra mandiri SPPG di Desa Tegalpasir, Kecamatan Jambesari DS, mengatakan bahwa sampah yang dihasilkan selama ini dibuang ke TPS di Desa Koncer. Sampah tersebut dipilah terlebih dahulu sebelum diangkut menggunakan pikap. “Sampahnya langsung dibuang ke tempat sampah Koncer. Sudah dipilah. Itu diangkut sama anak buah saya,” ujarnya.
Dengan sistem pengelolaan sampah yang berbeda-beda di setiap dapur SPPG, penting untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Kerja sama antara pemerintah, mitra mandiri, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam menjaga kebersihan lingkungan sekaligus mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang ada.