Sosial Budaya Banyuwangi Etchno Carnival 2025: Pusat Budaya dan Spiritual Masyarakat

Banyuwangi Etchno Carnival 2025: Pusat Budaya dan Spiritual Masyarakat

103
0

Banyuwangi Ethno Carnival 2025: Kehidupan dalam Setiap Lenggak-Lenggok

Ribuan pasang mata menyaksikan keindahan dan kemegahan parade kostum etnik yang disajikan dalam Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2025. Acara yang berlangsung pada Sabtu, 12 Juli 2025, menarik perhatian wisatawan dalam dan luar negeri dengan penampilan para peserta yang memadukan seni dan budaya dalam bentuk yang luar biasa.

Para peserta tampil di ‘cat walk’ jalanan kota Banyuwangi sepanjang lebih dari 3,5 km. Mereka membawa kostum-kostum yang indah dan penuh makna, menciptakan kesan yang mendalam bagi pengunjung. Fita Fatimah, wisatawan asal Surabaya, mengungkapkan kekagumannya terhadap acara ini. “Ini penampilan yang luar biasa. Sangat menyenangkan bisa menyaksikan parade kostum yang bermacam-macam dan semuanya istimewa,” katanya.

Tema Ngelukat: Simbol Kehidupan

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menjelaskan bahwa BEC tahun ini hadir dengan tema “Ngelukat: Usingnese Traditional Ritual”. Ngelukat adalah tradisi masyarakat suku Osing, suku asli Banyuwangi, yang memiliki makna mendalam. Tradisi ini menggambarkan fase-fase kehidupan manusia sejak sebelum lahir hingga meninggal dunia.

Ipuk menjelaskan bahwa Ngelukat merupakan simbol pensucian diri, pembersihan lahir dan batin, serta penjernihan niat dan energi. Ia menekankan bahwa Ngelukat menghubungkan manusia dengan Tuhan, alam, dan leluhur mereka. Dalam prosesnya, Ngelukat meliputi beberapa momen penting dalam kehidupan seseorang.

Fase-Fase Kehidupan dalam Ngelukat

  • Selapan: Moment syukur atas kelahiran seorang bayi.
  • Mudun Lemah: Saat anak pertama kali menginjak tanah.
  • Sunatan: Pemurnian batin yang menuntun seseorang menuju kedewasaan.
  • Perkawinan: Pintu pembuka rumah tangga yang sakral.
  • Kematian: Dihadiri oleh siraman jenazah dan doa pelepasan sebagai bentuk penghormatan terakhir dan pemurnian jiwa.

Dengan demikian, Ngelukat bukan sekadar ritual, tetapi juga menjadi simbol budaya dan spiritual yang menyatu dalam kehidupan manusia. Semangat Ngelukat mencakup pensucian, pembahuran, dan penguatan nilai hidup.

Budaya yang Terus Bersemangat

Kostum-kostum etnik yang ditampilkan dalam BEC 2025 tidak hanya menawan secara visual, tetapi juga menyampaikan pesan tentang kelahiran dan pertumbuhan; janji dan harapan; serta tanggung jawab dan cinta. Bupati Ipuk menekankan bahwa budaya tidak boleh ditinggalkan, tetapi harus dikuatkan, didaur ulang, dan dihidupkan kembali dengan cara yang kreatif.

Menurut dia, budaya adalah cara untuk berterima kasih kepada masa lalu dan menyampaikan pesan cinta untuk masa depan. BEC telah digelar sejak 2011 dan pada 2025, acara ini menampilkan penampilan yang spektakuler, yang menggabungkan sentuhan modernitas dan budaya tradisional.

Peran Budaya dalam Pariwisata

BEC juga menjadi pasar budaya raksasa yang berputar. Event ini menciptakan lapangan kerja dan menghidupkan perekonomian akar rumput. Selain itu, BEC telah terpilih masuk dalam kalender event nasional Karisma Event Nusantara (KEN), sebuah pengakuan penting dari pemerintah pusat terhadap kualitas, keunikan, dan dampak positif yang diberikan oleh BEC.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut bahwa BEC menunjukkan bahwa kebudayaan yang kuat dapat dikemas menjadi event pariwisata yang digemari. Menurutnya, BEC adalah kekuatan budaya yang bisa menguatkan peradaban bangsa dan negara.

Dengan tema spesifik, BEC tahun ini menjadi upaya merajut berbagai kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat Osing, warga asli Banyuwangi. Khofifah menyatakan bahwa semua orang bangga mengikuti Banyuwangi Ethno Carnival. Dengan masuk dalam Karisma Event Nusantara, BEC menunjukkan betapa kekuatan budaya yang diangkat oleh event ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini