
Populasi Hewan di Pulau Kecil Ternyata Lebih Tangguh Secara Genetik
Pulau-pulau kecil sering kali dianggap sebagai tempat yang rentan dan tidak mampu menopang kehidupan hewan secara efektif. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa populasi satwa di pulau kecil justru memiliki kualitas genetik yang lebih baik dibandingkan populasi di daratan utama. Hal ini membuka wawasan baru mengenai pentingnya perlindungan ekosistem pulau kecil dalam upaya konservasi.
Mengapa Pulau Kecil Bisa Menjadi Tempat Perlindungan Alami?
Dalam studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari berbagai institusi internasional, termasuk Queen Mary University of London (QMUL), Ludwig Maximilian Munich (LMU) Jerman, dan Universitas Indonesia, ditemukan bahwa populasi anoa dan babirusa di pulau kecil seperti Buton dan Togean memiliki kemampuan unik untuk menyaring mutasi-gen yang merugikan. Proses ini disebut purging, yaitu kemampuan alami untuk mengeliminasi gen-gen yang berpotensi merusak kelangsungan hidup spesies.
Meskipun jumlah individu di pulau kecil terbatas dan keragaman genetiknya rendah, populasi tersebut justru lebih tangguh karena telah melalui proses seleksi alam yang ketat. Berbeda dengan populasi di daratan utama Sulawesi yang menghadapi gangguan besar akibat perburuan, perambahan hutan, dan aktivitas tambang. Akibatnya, populasi di daratan utama memiliki “beban genetik” yang lebih berat.
Penelitian Genetik yang Membongkar Mitos
Penelitian ini menggunakan pendekatan genomik untuk mempelajari sejarah evolusi anoa dan babirusa. Sampel DNA dikumpulkan dari 67 individu anoa dan 46 ekor babirusa yang berasal dari berbagai lokasi di Kepulauan Wallacea. Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun keragaman genetik di pulau kecil lebih rendah, mereka memiliki daya tahan yang luar biasa.
Indikator Kerangka Biodiversitas Global Kunming-Montreal (2022) menegaskan bahwa ukuran keragaman genetik unik suatu spesies (Ne) sangat penting untuk menjaga ketahanan spesies. Untuk menghindari kepunahan, populasi sebaiknya memiliki Ne lebih besar dari 500 atau setara dengan 5.000 individu dalam ukuran sensus. Namun, data menunjukkan bahwa populasi kecil bisa bertahan dalam waktu lama jika tidak menghadapi gangguan berat seperti perburuan, kerusakan habitat, atau penyakit menular.
Pentingnya Perlindungan Ekosistem Pulau Kecil
Kepulauan Wallacea merupakan salah satu laboratorium alam yang kaya akan keanekaragaman hayati. Di sini, spesies-spesies unik telah berkembang selama jutaan tahun. Sayangnya, hingga kini, pulau-pulau kecil masih sering kali luput dari perencanaan pembangunan nasional. Meski ada aturan konservasi, banyak pulau terluar masih dibagi-bagikan untuk dikeruk sumber daya alam tanpa adanya jaminan perlindungan ekosistem.
Pulau-pulau kecil juga bisa menjadi tempat berlindung bagi satwa langka. Biaya operasional untuk perlindungan di pulau kecil jauh lebih murah dan efisien dibandingkan penangkaran buatan. Oleh karena itu, upaya konservasi di Indonesia harus memberi perhatian lebih pada pengelolaan habitat alami di pulau-pulau kecil.
Perlu Peninjauan Ulang Pendekatan Konservasi
Hasil penelitian ini juga menggarisbawahi pentingnya meninjau ulang pendekatan translokasi atau pemindahan satwa antar populasi. Pemindahan individu dari satu populasi ke populasi lainnya bisa membantu meningkatkan keberagaman genetik, tetapi harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu kestabilan ekosistem yang sudah ada.
Pulau kecil, meskipun kecil, ternyata memiliki peran vital dalam menjaga keberlanjutan keanekaragaman hayati. Dengan perlindungan yang tepat, pulau-pulau ini bisa menjadi tempat yang aman bagi spesies langka dan membantu menjaga keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.