
Hamas Tetap Menjadi Ancaman Serius Bagi Israel
Setelah 21 bulan berperang, kehilangan banyak pemimpin dan pejuang, Hamas tetap menjadi lawan yang menakutkan bagi Israel. Brigade al Qassam, sayap militer Hamas, masih mampu mempertahankan serangan-serangan di Gaza di lapangan, sementara Hamas melawan tekanan militer Israel dan mempertahankan operasi yang terorganisir.
Menurut laporan dari sumber keamanan Israel, para pejuang Brigade al Qassam masih melakukan serangan yang presisi dan terorganisir dengan baik di berbagai wilayah pertempuran. Mereka menggunakan intelijen lapangan untuk memandu operasi mereka bahkan di bawah tekanan militer yang berat. Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di Telegram pada Selasa, 8 Juli 2025, juru bicara Al-Qassam, Abu Ubaidah, memperingatkan akan adanya kerugian lebih lanjut di pihak Israel serta potensi penangkapan di masa depan seiring dengan meningkatnya perang gesekan di Gaza.
Cara Hamas Melancarkan Serangan Presisi terhadap Tentara Israel
Menurut sumber keamanan, para pejuang Hamas memanfaatkan informasi intelijen untuk melaksanakan operasi yang berulang dan terorganisir. Operasi tersebut meliputi serangan penembak jitu, tembakan senjata ringan terhadap pasukan Israel, peluncuran rudal serta mortir anti-tank, dan juga peledakan alat peledak jarak jauh yang menargetkan kendaraan militer Israel.
Dalam penilaian keamanan Israel, Hamas berhasil menunjuk komandan lapangan baru dan mengaktifkan jaringan yang mereka sebut sebagai “gerilya militer”. Unit-unit ini menerima arahan dari pimpinan pusat yang berada di Kota Gaza dan kamp-kamp utama, kemudian mendistribusikan perintah tersebut ke unit-unit tempur yang beroperasi di lapangan.
Seorang perwira cadangan senior memperingatkan bahwa peningkatan suhu dan kelembapan di Jalur Gaza berdampak buruk pada kinerja tentara Israel dan menurunkan kewaspadaan operasional mereka. Kondisi ini memberikan peluang lebih besar bagi para “penyabot” untuk melancarkan serangan yang berhasil.
Korban dari IDF
Dari perang gerilya yang dilancarkan para pejuang Hamas, IDF telah kehilangan banyak prajuritnya. Misalnya, pada malam 7 Juli, para pejuang melakukan penyergapan terhadap tentara Israel di Gaza Utara. Media Israel menyebutkan bahwa serangan tersebut menewaskan sedikitnya lima tentara dan melukai 14 lainnya, termasuk beberapa dalam kondisi kritis.
Beberapa tentara yang tewas dibakar hidup-hidup dalam operasi tersebut, yang mirip dengan penyergapan serupa pada 24 Juni, ketika pejuang Perlawanan Palestina menyerang unit zeni tempur lapis baja, yang mengakibatkan tewasnya tujuh tentara Israel. Penyergapan tersebut terjadi di Beit Hanoun, sebuah kota di Gaza utara yang telah menghadapi serangan militer Israel tanpa henti sejak 7 Oktober 2023, menurut berbagai laporan.
Kekuatan Pejuang Hamas Saat Ini
Angka sebenarnya tentang berapa banyak pejuang yang dimiliki Hamas saat ini sulit dipastikan. Namun, mantan luar negeri Antony Blinken mengatakan dalam pidato terakhirnya sebelum lengser, 14 Januari 2025, bahwa AS menilai Hamas telah merekrut militan baru hampir sama banyaknya dengan jumlah militan yang hilang. “Itu adalah resep untuk pemberontakan yang bertahan lama dan perang abadi,” katanya.
Militer Israel memperkirakan Hamas masih mempertahankan sekitar 40.000 pejuang di Gaza, angka yang konsisten dengan jumlah militan yang dimilikinya sebelum pecahnya perang Gaza pada Oktober 2023. Penilaian ini dilaporkan oleh beberapa media Israel yang mengutip sumber militer anonim.
Strategi Israel dalam Menghadapi Pejuang Hamas
Dengan penunjukan Eyal Zamir sebagai kepala IDF yang baru, pandangan ini berubah. Israel kini menganggap Hamas sebagai entitas militer yang terorganisir dan terkoordinasi. Di bawah kepemimpinan Zamir, taktik Israel semakin intensif, dengan peningkatan daya tembak dan serangan terarah terhadap infrastruktur pemerintahan Hamas. Sejak Israel mengakhiri gencatan senjata secara sepihak pada 18 Maret 2025, Israel telah melancarkan sekitar 2.900 serangan udara di Gaza.
Strategi militer Israel saat ini, yang dikenal sebagai Operasi Gideon’s Chariots, bertujuan untuk menguasai 75 persen wilayah Gaza dalam waktu dua bulan. Rencana ini mencakup relokasi penduduk Gaza ke tiga wilayah yang telah ditentukan: Kota Gaza, kamp-kamp pengungsi pusat, dan zona Al-Mawasi, yang sebelumnya dinyatakan Israel sebagai wilayah kemanusiaan tetapi juga telah dibom.
Tindakan Israel yang Mengakibatkan Korban Sipil
Ketika Hamas melancarkan serangan-serangan presisi yang hanya menargetkan para kombatan, Israel justru membunuh warga sipil tanpa pandang bulu. Seperti dilaporkan The New Arab, dalam salah satu kejadian paling mengerikan dalam perang Israel di Gaza, pada Kamis pagi, 10 Juli 2025, pesawat tempur Israel menargetkan kerumunan orang yang sedang menanti bantuan di Deir al-Balah, Gaza tengah. Serangan ini menewaskan 17 warga sipil Palestina, termasuk sepuluh anak-anak dan beberapa wanita.