Lifestyle & Hiburan Studi: Obesitas Tingkatkan Kehadiran Kurangnya Kehadiran di Tempat Kerja

Studi: Obesitas Tingkatkan Kehadiran Kurangnya Kehadiran di Tempat Kerja

9
0

Studi Eropa Menunjukkan Hubungan Antara Berat Badan Berlebih dan Absensi Kerja

Masalah kesehatan seperti rasa sakit di punggung, kelelahan, atau gangguan kesehatan lainnya bisa menyebabkan seseorang harus mengambil cuti sakit dari pekerjaan. Namun, bagi orang dengan berat badan berlebih, risiko ini lebih tinggi. Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Eropa menemukan bahwa individu dengan kelebihan berat badan atau obesitas lebih sering mengambil cuti sakit dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan normal.

Temuan menarik ini disampaikan dalam European Congress on Obesity (ECO) pada pertengahan Mei 2025. Hasil studi menunjukkan bahwa orang dengan berat badan berlebih cenderung absen lebih lama dari rekan kerjanya yang memiliki berat badan ideal. Data menunjukkan bahwa individu dengan obesitas parah (kelas III) memiliki kemungkinan 147 persen lebih tinggi untuk tidak masuk kerja karena sakit, dan 121 persen lebih tinggi untuk mengambil cuti lebih dari tujuh hari dalam setahun.

Metodologi dan Data Studi

Studi ini melibatkan lebih dari 122.000 orang dewasa dari 26 negara Eropa. Data yang digunakan berasal dari European Health Interview Survey (EHIS 3), yang mencakup informasi tentang kesehatan dan layanan kesehatan di seluruh Uni Eropa. Peserta survei diminta melaporkan tinggi dan berat badan mereka, serta apakah pernah mengambil cuti sakit dalam 12 bulan terakhir. Jika ya, mereka juga diminta memberikan durasi cuti tersebut.

Indeks massa tubuh (IMT) digunakan sebagai indikator utama untuk mengevaluasi status berat badan peserta. Temuan studi menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kelebihan berat badan seseorang, semakin besar peluangnya untuk mengambil cuti sakit dan mengambil cuti lebih dari tujuh hari.

Angka Kenaikan Risiko Cuti Sakit

Berdasarkan hasil analisis, berikut adalah angka kenaikan risiko cuti sakit:

  • Overweight (kelebihan berat badan): 12 persen lebih mungkin.
  • Obesitas kelas I: 36 persen lebih mungkin.
  • Obesitas kelas II: 61 persen lebih mungkin.
  • Obesitas kelas III: 147 persen lebih mungkin.

Dampak Ekonomi dari Obesitas

Selain dampak pada kesehatan pribadi, obesitas juga menjadi beban ekonomi. Siegfried Eisenberg, salah satu peneliti, menyatakan bahwa hasil studi ini menunjukkan bahwa obesitas tidak hanya membebani sistem kesehatan, tetapi juga memengaruhi produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Semakin banyak orang dengan obesitas, semakin besar potensi kerugian akibat absensi dan penurunan produktivitas.

Dr. Thomas Czypionka, peneliti utama, menambahkan bahwa dampak obesitas sangat besar, baik secara kesehatan maupun ekonomi. Dengan tren obesitas yang meningkat, termasuk pada anak-anak, para pembuat kebijakan perlu segera merancang strategi berbasis bukti ilmiah. Strategi ini harus mencakup edukasi, perubahan sistem makanan, dan intervensi lainnya.

Masalah Multidimensi

Studi ini memperkuat fakta bahwa kelebihan berat badan atau obesitas adalah masalah multidimensi. Ini bukan hanya angka di timbangan, tetapi juga berkaitan dengan kualitas hidup, risiko penyakit, produktivitas, dan keberlangsungan ekonomi suatu negara. Perlu adanya kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk lingkungan kerja yang mendukung, kebijakan pemerintah yang proaktif, dan upaya mendorong gaya hidup sehat.

Solusi Alternatif untuk Mengatasi Obesitas

Beberapa solusi telah dikembangkan untuk membantu mengatasi obesitas tanpa operasi. Salah satunya adalah balon lambung, yang menawarkan alternatif pengelolaan berat badan. Selain itu, quiz atau uji pengetahuan tentang obesitas juga bisa menjadi alat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini