Nasional Trump Terbuka untuk Mediasi Damai Rusia-Ukraina Usulan Pertemuan dengan Putin dan Zelensky...

Trump Terbuka untuk Mediasi Damai Rusia-Ukraina Usulan Pertemuan dengan Putin dan Zelensky di Turki

21
0

IndonesiaDiscover –

Trump Terbuka untuk Mediasi Damai Rusia-Ukraina: Usulan Pertemuan dengan Putin dan Zelensky di Turki
Donald Trump menyatakan terbuka untuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Turki.(Media Sosial X)

PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump “terbuka” untuk bertemu dengan Presiden Rusia dan Ukraina di Turki, kata Gedung Putih. Pernyataan itu menyusul kedua pihak gagal mencapai kemajuan menuju gencatan senjata dalam pertemuan, Senin (2/6).

Meski begitu, delegasi dari kedua pihak sepakat untuk melakukan pertukaran tahanan besar-besaran dalam pertemuan mereka di Istanbul. Pada pertengahan Mei lalu, Turki juga menjadi tuan rumah putaran pertama perundingan tatap muka mereka.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengusulkan agar Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dan Trump bertemu untuk putaran ketiga akhir bulan ini, baik di Istanbul maupun Ankara.

Putin sejauh ini menolak pertemuan semacam itu. Namun Zelensky menyatakan bersedia, dengan menekankan isu-isu utama hanya bisa diselesaikan di tingkat pemimpin.

Trump, yang menginginkan perang tiga tahun ini segera berakhir, “terbuka” untuk pertemuan tiga pihak “jika memang diperlukan, tetapi dia ingin kedua pemimpin dan kedua pihak hadir bersama di meja perundingan,” kata juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, di Washington.

Meskipun Trump bersedia bertemu dengan Putin dan Zelensky, tidak ada perwakilan AS yang ikut serta dalam pertemuan hari Senin di Istanbul, menurut juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

Zelensky mengatakan, “Kami sangat menantikan langkah tegas dari Amerika Serikat,” dan mendesak Trump untuk memperketat sanksi terhadap Rusia guna “mendorong” Moskow menyetujui gencatan senjata penuh.

Dalam pertemuan Senin, Ukraina menyatakan Moskow menolak seruan gencatan senjata tanpa syarat. Sebagai gantinya, Rusia menawarkan gencatan senjata parsial selama dua hingga tiga hari di beberapa wilayah garis depan.

Rusia hanya akan menyetujui gencatan senjata penuh jika pasukan Ukraina mundur sepenuhnya dari empat wilayah, Donetsk, Lugansk, Zaporizhzhia, dan Kherson, menurut syarat negosiasi yang dilaporkan media pemerintah Rusia. Rusia saat ini hanya menguasai sebagian wilayah tersebut.

Moskow juga menuntut larangan Ukraina bergabung dengan NATO, pembatasan kekuatan militer Ukraina, dan penghentian dukungan militer dari Barat.

Pertukaran Tahanan

Negosiator utama dari kedua belah pihak sepakat untuk menukar semua tentara yang terluka parah dan pejuang yang ditangkap berusia di bawah 25 tahun. Ketua delegasi Rusia, Vladimir Medinsky, mengatakan pertukaran itu akan melibatkan “setidaknya 1.000 orang” dari masing-masing pihak.

Kedua belah pihak juga sepakat untuk menyerahkan jenazah 6.000 tentara, kata Ukraina usai pertemuan. “Pihak Rusia terus menolak usulan gencatan senjata tanpa syarat,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Ukraina, Sergiy Kyslytsya, kepada wartawan usai perundingan.

Rusia menyatakan telah menawarkan jeda terbatas dalam pertempuran. “Kami mengusulkan gencatan senjata khusus selama dua hingga tiga hari di beberapa area garis depan,” kata Medinsky, seraya menambahkan bahwa ini diperlukan untuk mengumpulkan jenazah prajurit yang gugur di medan perang.

Zelensky menanggapi tajam di media sosial: “Saya pikir mereka itu ‘idiot’, karena inti dari gencatan senjata adalah untuk mencegah orang menjadi korban tewas sejak awal.”

Kyiv mengatakan pihaknya akan mempelajari dokumen yang diserahkan pihak Rusia kepada negosiator Ukraina yang berisi tuntutan untuk perdamaian dan gencatan senjata penuh.

Zelensky menyatakan usai pertemuan di Istanbul bahwa kesepakatan damai jangka panjang tidak boleh “menghadiahi” Putin, dan ia menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat yang mencakup pertempuran di udara, laut, dan darat.

‘Atmosfer Konstruktif’

Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov, yang memimpin delegasi negaranya, menyerukan agar pertemuan berikutnya diadakan sebelum akhir Juni. Ia juga mengatakan bahwa pertemuan puncak antara Putin dan Zelensky harus mulai dibicarakan.

Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, mengatakan setelah pertemuan — yang berlangsung di sebuah hotel mewah di tepi Selat Bosphorus — bahwa perundingan dilakukan “dalam suasana yang konstruktif”.

“Selama pertemuan, pihak-pihak yang hadir sepakat untuk melanjutkan persiapan menuju kemungkinan pertemuan tingkat pemimpin,” tulis Fidan di media sosial.

Puluhan ribu orang telah tewas sejak Rusia melancarkan invasi penuh ke Ukraina, dengan sebagian besar wilayah timur dan selatan Ukraina hancur, serta jutaan orang terpaksa mengungsi dalam krisis pengungsi terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.

Di kota garis depan Dobropillya di Ukraina timur, seorang pria berusia 53 tahun bernama Volodymyr mengatakan kepada AFP bahwa ia telah kehilangan harapan akan akhir dari konflik ini.

“Kami dulu berpikir semuanya akan segera berakhir. Tapi sekarang, tak ada lagi yang bisa diharapkan. Kami tidak punya rumah, tidak punya apa-apa. Kami hampir tewas oleh serangan drone,” ujarnya.

Setelah berbulan-bulan mengalami kemunduran militer, Ukraina menyatakan telah melancarkan serangan berani pada hari Minggu, dengan menyusupkan drone ke wilayah Rusia dan menyerang pangkalan udara, merusak sekitar 40 pembom strategis Rusia senilai US$7 miliar dalam sebuah operasi khusus besar-besaran. (AFP/Z-2)

Tinggalkan Balasan