

RINA Priyanti, karyawan swasta berusia 32 tahun, menghabiskan akhir pekannya di sebuah mal di pusat Jakarta. Setelah seminggu penuh bekerja di kantor yang sibuk, ia menjadikan mal sebagai tempat untuk melepas penat.
Duduk di bangku dalam area terbuka mal, ia menyeruput kopi hangat sambil menikmati pemandangan air mancur kecil yang menari di hadapannya.
Angin sepoi-sepoi dari pendingin udara berpadu dengan aroma kopi yang mengepul, menciptakan suasana nyaman yang sulit didapat di tengah kemacetan ibu kota.
Di sekelilingnya, banyak anak-anak berlarian sambil bermain, sementara pasangan muda berbincang santai di tepi sekitar meja yang Ia tempati.
“Saya sering ke mal bukan hanya untuk belanja, tapi juga untuk bersantai dan melepas penat. Desain mal yang nyaman dengan banyak area hijau membuat saya betah berlama-lama,” ungkap Rina yang telah menjadikan kunjungan ke mal sebagai bagian dari rutinitasnya.
Fenomena ini menggambarkan perubahan fungsi mal di Indonesia. Dahulu, mal identik dengan deretan toko dan pusat perbelanjaan besar yang mengundang pelanggan untuk bertransaksi. Namun, seiring waktu, konsep ini berevolusi.
Mal kini hadir sebagai destinasi gaya hidup yang menawarkan pengalaman lebih luas, mulai dari hiburan, rekreasi, hingga tempat berkumpul bersama keluarga dan teman.
Perubahan ini tidak hanya mendorong inovasi dalam desain dan fasilitas, tetapi juga mempengaruhi strategi
Menurut Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat, Industri ritel di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang positif.
Pemerintah, memproyeksikan sektor ritel akan tumbuh sekitar 5% pada 2025, didorong oleh kemitraan antara ritel modern dan toko tradisional.
Meski demikian, ada tantangan yang harus dihadapi, seperti rencana kenaikan PPN menjadi 12% dan peningkatan biaya operasional.
“Jika tidak ada stimulus yang tepat, pertumbuhan sektor ritel mungkin hanya akan berada di kisaran bawah dari 5-10%,” ujar Syarifah.
Ini menjadi tantangan tersendiri bagi pengembang, yang harus terus beradaptasi dengan perubahan regulasi dan dinamika ekonomi.
Paradigma Baru dalam Industri Mal
Paradise Indonesia atau PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP), salah satu pengembang properti terkemuka, memahami bahwa daya tarik mal tak lagi hanya pada deretan toko-toko ritel, tetapi juga pada bagaimana sebuah mal dapat menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan.
Desain arsitektur yang memperhitungkan kenyamanan pengunjung, ruang terbuka hijau, serta fasilitas hiburan yang inovatif menjadi faktor penting dalam pembangunan mal masa kini. Namun, membangun mal yang futuristik dan efisien bukan tanpa tantangan.
Menurut CEO Paradise Indonesia, Anthony P. Susilo, salah satu eksekutif Paradise Indonesia, tantangan utama dalam pembangunan mal bukan hanya biaya konstruksi, tetapi juga efisiensi penggunaan energi.
“Itulah requirement yang paling mahal—penggunaan listrik. Sebagai perusahaan, kita harus semakin canggih,” ujarnya.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, Paradise Indonesia menerapkan strategi pendanaan yang inovatif. Anthony menjelaskan bahwa proyek-proyek mereka dikelompokkan berdasarkan tingkat pendewasaan.
“Ada proyek greenfield yang dibangun dari nol dengan skema pendanaan bank yang memiliki amortisasi dan bunga tinggi. Namun, untuk proyek ekspansi seperti Pascal, risiko lebih rendah sehingga fasilitas pendanaan lebih ringan. Model terbaik bagi kami adalah skema non-amortizing loan, karena lebih sesuai dengan bisnis yang 80% pendapatannya berasal dari recurring revenue,” jelasnya.
Paradise Indonesia kini telah berhasil menggalang pendanaan Rp500 miliar dengan skema non-amortizing loan, yang hanya menyumbang sekitar 15-25% dari total utang mereka.
Strategi ini memungkinkan fleksibilitas finansial yang lebih besar dalam pengembangan proyek baru tanpa terbebani pembayaran pokok utang yang tinggi.
Selain itu, Paradise Indonesia berkomitmen terus meningkatkan pendapatan berulang yang saat ini telah mencapai 90%. Dengan porsi pendapatan berulang yang tinggi, INPP menjadi pemimpin dalam industri sejenis.
“Paradise Indonesia akan secara terus mengembangkan properti-properti mixed used untuk meningkatkan kinerja berkelanjutan Perusahaan, dengan harapan dapat mencapai target pendapatan berulang yang lebih tinggi pada tahun 2025,” ungkap Anthony lagi.
Tahun ini, Paradise Indonesia akan mengoperasikan dua proyek baru, yaitu Antasari Place di Jakarta, yang dijadwalkan untuk serah terima pada semester pertama 2025, serta perluasan 23 Paskal Shopping Center di Bandung, yang direncanakan mulai beroperasi pada awal semester kedua 2025.
Selain itu, Hotel Hyatt Place di Makassar yang diluncurkan pada kuartal pertama tahun lalu, diproyeksikan akan memberikan kontribusi penuh pada tahun ini.
Untuk mendukung ekspansi proyeknya, Paradise Indonesia telah mengalokasikan belanja modal sebesar Rp1 triliun yang akan digunakan untuk pengembangan 23 Semarang, Antasari Place Tahap 2, serta proyek-proyek di Balikpapan dan Makassar.
Transformasi Mal Menjadi Ruang Rekreasi
Paradise Indonesia menangkap tren ini dengan mengembangkan mal yang mengintegrasikan elemen rekreatif, seperti taman indoor, area komunitas, serta fasilitas hiburan yang lebih interaktif.
Studi menunjukkan bahwa mal dengan fasilitas rekreasi dapat membantu mengurangi stres pengunjung dan menciptakan pengalaman berbelanja yang lebih menyenangkan.
“Kami ingin memastikan proyek kami berjalan tepat waktu dan memiliki pipeline proyek 4+2, yang menjamin pertumbuhan hingga lima tahun ke depan,” ujar Anthony.
Selain itu, Paradise Indonesia juga berkomitmen untuk meningkatkan likuiditas saham mereka, yang kini telah mencapai free float publik sebesar 8%, meningkat dari sebelumnya hanya 2%.
Dengan komitmen untuk menghadirkan pengalaman belanja yang lebih dari sekadar transaksi, serta strategi bisnis yang solid, Paradise Indonesia membuktikan bahwa masa depan industri mal di Indonesia masih sangat menjanjikan.
Tidak hanya sebagai pusat perbelanjaan, tetapi juga sebagai ruang rekreasi yang memberikan nilai lebih bagi pengunjungnya.
Mal kini tidak lagi hanya tentang berbelanja, tetapi juga tentang menikmati waktu dan mencari keseimbangan hidup di tengah kesibukan kota. (Gan/P-4)