Nasional Takdir Moyes Bersama Everton

Takdir Moyes Bersama Everton

24
0

IndonesiaDiscover –

Takdir Moyes Bersama Everton
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(MI/Seno)

SEBELAS musim lebih David Moyes bersama Everton. Di tangan pelatih asal Skotlandia itu, the Toffees disegani di Liga Primer. Memang Everton tidak pernah menjadi juara, tetapi selalu berada dalam kelompok 8 besar.

Tangan dingin Moyes itulah yang membuat Manchester United terpincut saat Sir Alex Ferguson memutuskan mundur pada 2013. Ketika diminta masukan siapa yang layak menggantikannya, Sir Alex menyebut nama Moyes.

Menangani klub yang berada di puncak kejayaan memang tidak mudah. Kehadiran Moyes di Old Trafford ternyata menjadi mimpi buruk baginya. Tidak sampai satu musim, Moyes pun tersingkir dari Theater of Dreams.

Namanya pun langsung terbenam. Tak ada lagi tangan dingin yang melekat pada diri Moyes. Bahkan, tiba-tiba saja ia menjadi contoh sebuah kegagalan. Apalagi kemudian Moyes gagal untuk mengangkat prestasi Real Sociedad di La Liga Spanyol. Nama Moyes semakin terpuruk ketika gagal menyelamatkan Sunderland dari degradasi.

Setelah beberapa bulan tidak mendapat kesempatan menangani klub, pada November 2017, ia diminta manajemen West Ham untuk menyelamatkan klub asal London Barat itu dari jurang degradasi. Ironisnya, ketika ia berhasil menyelamatkan West Ham, kontraknya tidak diperpanjang.

Dua musim kemudian Moyes menganggur sampai kemudian dipanggil kembali oleh manajemen West Ham untuk menggantikan posisi Manuel Pellegrini yang dipecat. Moyes sebenarnya merupakan salah satu pelatih yang mempunyai kemampuan yang luar biasa.

Ia mampu membawa West Ham tidak hanya menjadi klub yang harus disegani, tetapi juga membawa mereka sampai puncak tertinggi. Prestasi terbesar Moyes terjadi pada musim kompetisi 2022/2023 saat ia membawa West Ham merebut Piala Europa dengan mengalahkan Fiorentina pada final. Itulah prestasi terbesar yang pernah diraih klub asal London Barat itu.

 

KEMBALI KE EVERTON

Harus diakui bahwa takdir Moyes ada di Everton. Itu disebabkan prestasi the Toffees terpuruk dan berulang kali terancam degradasi setelah ditinggal Moyes. Kesalahan manajemen mengelola keuangan Everton membuat klub asal Kota Liverpool itu beberapa kali terkena pemotongan poin. Beruntung mereka selalu selamat dari ancaman degradasi karena mampu terhindar dari posisi tiga terbawah menjelang akhir kompetisi.

Pada musim ini pun prestasi Everton belum stabil. Mereka mampu membuat kejutan ketika menahan imbang Manchester City 1-1, tetapi kemudian banyak menelan kekalahan dan hasil imbang. Akibatnya, posisi mereka kembali berada dalam ancaman degradasi.

Kehadiran kembali Moyes di Goodison Park membawa suasana yang dulu pernah ada itu hadir lagi. Suasana kebersamaan dalam tim kembali ke masa-masa indah saat semua klub selalu khawatir ketika bermain di kandang mereka.

Empat pertandingan terakhir yang dijalani bersama Moyes menjadi bukti semua itu. Empat klub yang harus mereka hadapi bukanlah tim yang mudah. Mereka harus bertemu Tottenham Hotspurs, Brighton & Hove Albion, Leicester City, dan pemimpin klasemen, Liverpool.

Kebersamaan yang langsung terbangun membuat mereka bisa meraih tiga kemenangan dan sekali imbang. Hal terakhir yang paling fenomenal ialah ketika mampu menahan imbang ‘tetangga’ mereka Liverpool 2-2.

Everton sebenarnya sudah nyaris kalah karena tertinggal 1-2 pada saat pertandingan yang sudah berjalan hingga menit ke-97. Padahal, masa perpanjangan yang sudah ditetapkan hanya 5 menit, tapi wasit Michael Oliver masih memberi kesempatan kepada kesebelasan tuan rumah yang masih menyerang. Umpan lambung dari sayap kiri ternyata jatuh di tiang jauh. Center-back James Tarkowski yang ikut naik ke kotak penalti berdiri bebas dan tanpa ampun melepaskan tendangan setengah voli yang melaju keras merobek gawang Liverpool 2-2.

Di akhir pertandingan sempat chaos ketika para pemain Everton dan Liverpool saling menarik kerah kaus sampai Wasit Oliver mengeluarkan empat kartu merah, dua untuk pemain dan dua untuk tim pelatih Liverpool, termasuk Arne Slot.

“Saya selalu merasakan yang istimewa ketika tampil di Goodison Park, dan malam ini salah satunya. Para pendukung the Toffees memberikan kebanggaan kepada klub, demikian juga para pemain,” ujar Moyes puas.

“Satu poin yang didapat malam ini sungguh sangat berarti. Ini menunjukkan bahwa para pemain sudah menunjukkan peningkatan prestasi dan bermain dengan penuh totalitas. Kami tinggal terus meningkatkan diri agar bisa membuat pencapaian lebih tinggi,” tambahnya.

 

MOMENTUM

Bagi seorang pelatih, momentum seperti itulah yang paling dibutuhkan. Ketika semua pemain bisa menemukan kembali kepercayaan diri mereka dan mau bermain sebagai satu tim yang utuh, tidak ada yang tidak mungkin mereka bisa lakukan.

Modal untuk bisa menahan imbang Liverpool sangat berharga untuk menghadapi pertandingan Sabtu malam ini melawan Crystal Palace. Kalau Jordan Pickford dan kawan-kawan mampu melanjutkan tren positif itu, Everton bukan hanya akan masuk papan tengah, melainkan juga bisa mengembalikan posisi mereka sebagai klub elite Liga Primer.

Satu yang membuat Moyes khawatir ialah banyaknya anak asuhnya yang cedera, termasuk yang terbaru, yaitu gelandang menyerang asal Senegal Iliman Ndiaye yang mengalami cedera lutut saat berhadapan dengan Liverpool.

Namun, karena Everton bukan klub baru bagi Moyes, dia tahu bagaimana jalan keluarnya, termasuk untuk menempatkan pemain asal Guinea-Bissau, Beto, sebagai ujung tombak menggantikan Dominic Calvert-Lewin yang harus istirahat karena cedera. Beto mampu menjebol gawang Liverpool dan membawa Everton unggul 1-0.

Untuk mengisi posisi Ndiaye dan Abdoulaye Doucoure yang harus menerima hukuman larangan bermain karena memantik kekisruhan saat pertandingan melawan Liverpool, Moyes memiliki Jack Harisson dan Carlos Alcaraz sebagai pengganti. Tantangan terberat bagi Moyes justru waktu istirahat yang terlalu pendek karena hanya memiliki waktu tiga hari dari Rabu hingga bermain lagi pada Sabtu ini.

Palace sendiri dikenal sebagai klub yang penuh dengan pemain berbakat. Apalagi jika tampil di Selhurst Park, mereka tidak ubahnya seperti the Eagle yang menjadi julukan mereka karena sering mengejutkan lawan.

Manchester United merupakan klub terakhir yang merasakan terkaman the Eagle. Mereka harus menelan kekalahan 0-2 di kandang mereka di Old Trafford. Kalau Moyes tidak hati-hati, bukan mustahil Palace akan membuat mereka pulang dengan kekalahan.

 

 

 

Tinggalkan Balasan