Nasional Mengenal Para Orang Suci Tak Berdosa Martir Bayi yang Mati Demi Bayi...

Mengenal Para Orang Suci Tak Berdosa Martir Bayi yang Mati Demi Bayi Yesus

42
0

IndonesiaDiscover –

Mengenal Para Orang Suci Tak Berdosa: Martir Bayi yang Mati Demi Bayi Yesus
Peringatan Hari Raya Orang Suci Tak Berdosa, mengenang bayi-bayi yang dibantai oleh Raja Herodes Agung di Betlehem, seperti yang digambarkan dalam Injil Matius. (freepik)

TERNYATA banyak yang tidak mengetahui. Pada 28 Desember, umat Kristiani memperingati perayaan khusus yang menggugah hati Hari Raya Orang Suci Tak Berdosa, atau martir bayi yang kehilangan nyawa mereka dalam tragedi yang digambarkan dalam Injil Matius. Para bayi laki-laki yang menjadi korban pembantaian ini tidak pernah mengenal Yesus, namun kematian mereka menjadi simbol pengorbanan dan kesaksian iman yang mendalam.

Kisah mereka dimulai di Betlehem, tak lama setelah kelahiran Yesus. Raja Herodes Agung, penguasa Yudea yang paranoid dan penuh ambisi, mendengar kabar dari orang-orang Majus tentang kelahiran raja orang Yahudi yang baru. Merasa terancam oleh kedatangan sang Mesias, Herodes menyusun rencana licik. 

Ia meminta orang-orang Majus untuk memberitahukan lokasi Yesus, dengan alasan ingin memberikan penghormatan. Namun, peringatan dalam mimpi mengarahkan mereka untuk tidak kembali ke Herodes, yang menyebabkan raja itu marah dan bertindak dengan kekejaman yang mengerikan.

Matius 2:16-18 mengungkapkan bahwa, dalam amarahnya, Herodes memerintahkan pembantaian terhadap semua anak laki-laki di Betlehem dan sekitarnya yang berusia dua tahun ke bawah. Ini adalah salah satu momen paling mengerikan dalam sejarah Natal, yang menggambarkan kejamnya kekuasaan yang tidak terkendali. Pembantaian ini, menurut Injil, menjadi penggenapan nubuat nabi Yeremia, yang menggambarkan suara tangisan seorang ibu yang kehilangan anak-anaknya: “Rahel menangisi anak-anaknya, dan ia tidak mau dihibur, karena mereka tidak ada lagi.”

Sejak saat itu, kisah tragis ini telah menginspirasi banyak seniman dan musisi sepanjang abad. Lukisan-lukisan dari masa lalu, seperti karya Giotto di Bondone hingga Léon Cogniet, menggambarkan ketakutan para ibu yang memeluk anak-anak mereka, berusaha melindungi mereka dari pembunuhan yang tak terelakkan. 

Di dunia musik, salah satu karya yang terkenal adalah “Coventry Carol”, lagu Natal yang dengan penuh haru menceritakan penderitaan para ibu yang kehilangan anak-anak mereka akibat tirani Herodes. Liriknya yang mendalam dan menyayat hati mengungkapkan perasaan terluka dan kehilangan yang abadi.

Fakta Sejarah vs. Kepercayaan Tradisional

Seiring dengan berkembangnya waktu, muncul perdebatan mengenai keakuratan historis kisah ini. Beberapa sejarawan, termasuk Flavius Josephus, yang menulis tentang kehidupan Herodes, tidak mencatat peristiwa pembantaian ini. 

Dalam tanggapannya terhadap hal ini, apologis Katolik Trent Horn berpendapat bahwa tindakan kejam seperti ini sangat mungkin terjadi mengingat sifat Herodes yang terkenal kejam dan paranoid. Horn menunjukkan bahwa meskipun Josephus tidak mencatat peristiwa tersebut, hal ini tidak mengurangi kredibilitas kisah tersebut dalam konteks sejarah terutama mengingat fakta bahwa peristiwa seperti ini, yang melibatkan desa kecil seperti Betlehem, mungkin dianggap tidak cukup signifikan untuk dicatat oleh seorang sejarawan.

Martir Tanpa Mengetahui Yesus

Satu pertanyaan besar yang muncul dari kisah ini adalah, bagaimana mungkin bayi-bayi yang tidak pernah mengenal Yesus bisa dianggap sebagai martir? 

Menurut ajaran Gereja Katolik, kemartiran tidak hanya berlaku bagi mereka yang mati karena iman mereka secara langsung, tetapi juga bagi mereka yang mati karena kekejaman yang ditujukan pada kebenaran iman.

Santo Agustinus, seorang bapa Gereja, menyatakan bahwa kematian bayi-bayi ini adalah sebuah bentuk kemartiran yang diterima di mata Tuhan. Mereka mungkin tidak tahu siapa Yesus, namun dalam kematian mereka yang tak bersalah, mereka memberikan kesaksian tentang kejahatan kekuasaan yang merenggut hidup mereka.

Bagi Santo Agustinus, kematian mereka merupakan sebuah jalan menuju kemuliaan abadi, sebuah awal kehidupan yang penuh kebahagiaan, meskipun mereka meninggal pada usia yang sangat muda. Ia menyebut mereka sebagai “bunga martir bayi”, martir yang memberikan contoh tentang pengorbanan tanpa mengenal kehidupan duniawi mereka. (Catholic News Agency/Z-3)

Tinggalkan Balasan