Nasional Inilah Penyebab Pembuluh Darah Otak Pecah

Inilah Penyebab Pembuluh Darah Otak Pecah

29
0

IndonesiaDiscover –

Inilah Penyebab Pembuluh Darah Otak Pecah
Ilustrasi.(Honestdocs.id)

PERNAHKAH Anda mengalami hipertensi tinggi hingga menimbulkan sakit kepala yang begitu terasa menyakitkan? Terkadang, tingginya tekanan darah (hipertensi) dapat menimbulkan sakit kepala berlebih hingga menjadi tanda dari masalah serius seperti pecahnya pembuluh darah di otak.

Kondisi ini dikenal sebagai pendarahan otak (perdarahan intrakranial) yang merupakan keadaan medis darurat hingga dapat mengancam jiwa. 

Apa itu pembuluh darah di otak dan fungsinya?  

Melansir dari My Clavenlad Clinic, otak akan bergantung sepenuhnya pada pembuluh darah untuk membawa oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan agar dapat bekerja optimal. 

Ketika pembuluh darah ini pecah, darah yang keluar akan menekan jaringan otak di sekitarnya, menyebabkan terganggunya fungsi otak. Dalam waktu tiga hingga empat menit tanpa oksigen, sel-sel otak mulai mati, yang berpotensi menyebabkan kerusakan permanen pada otak atau bahkan kematian.  

Penyebab utama pendarahan otak  

Menurut Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S (K), seorang dokter spesialis saraf dari Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa pembuluh darah di otak bisa pecah karena dua hal utama, yaitu tekanan darah tinggi (hipertensi) dan pembuluh darah yang sudah rapuh.

“Pembuluh darah bisa pecah karena tekanan yang terlalu tinggi, sehingga tidak tahan dengan tekanan ini dan akhirnya pecah. Selain itu, pembuluh darah juga bisa pecah karena memang ada kondisi kelainan yang membuat dinding pembuluh darah menjadi tipis,” jelas Prof. Yuda sebagaimana dikutip dari Antara.  

Ia mengibaratkan pembuluh darah seperti pipa yang membawa cairan berisi oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. “Pipa ini bisa mengembang dan berisiko pecah kalau tekanan cairan di dalamnya terlalu kuat, melampaui kemampuan pipa untuk menahannya,” tambahnya.  

Selain hipertensi, dinding pembuluh darah yang rapuh karena faktor genetik atau proses penuaan juga menjadi pemicu. 

Pada orang tua, pembuluh darah yang rapuh lebih mudah pecah meskipun tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi.  

Pecahnya pembuluh darah umumnya dialami oleh orang yang berusia di atas 40 tahun. Kondisi ini disebabkan karena faktor penuaan atau degenerasi yang membuat pembuluh darah dan kulit menjadi lebih lemah dan tipis.

Gejala pendarahan otak 

Gejala pendarahan otak dapat bervariasi, tetapi ada beberapa tanda yang umum. 

  • Tiba-tiba merasa kesemutan, lemas, atau lumpuh di salah satu sisi tubuh.  
  • Sakit kepala parah dan mendadak.  
  • Mual dan muntah.  
  • Kebingungan, bicara tidak jelas, atau sulit berpikir.  
  • Pusing atau kehilangan keseimbangan.  

Dalam kasus yang lebih parah, pendarahan otak bisa menyebabkan kejang, kehilangan kesadaran, atau bahkan koma.  

Apakah pendarahan otak sangat berakibat fatal? 

Pendarahan otak dapat berakibat fatal. Tingkat keparahan pendarahan otak sangat bergantung pada lokasi dan jumlah darah yang keluar.

“Volume darah makin banyak, risiko kematian makin besar. Namun, lokasi juga penting. Misalnya, pendarahan di batang otak biasanya lebih fatal meskipun volumenya kecil,” jelasnya.  

Sel-sel otak yang mati tidak dapat kembali pulih, sehingga dapat mengakibatkan kecacatan fisik maupun mental. Oleh karena itu, pendarahan otak membutuhkan penanganan medis darurat untuk meminimalkan dampaknya.  

Langkah pencegahan pendarahan otak 

Walaupun tidak semua penyebab pendarahan otak dapat dicegah, risiko terjadi kondisi ini dapat dikurangi dengan menjaga gaya hidup sehat. 

Yuda menekankan pentingnya mengelola tekanan darah dengan menerapkan pola hidup sehat. “Pola hidup sehat sangat penting, seperti menjaga berat badan ideal, menghindari alkohol dan rokok, serta rutin berolahraga, termasuk mengonsumsi makanan bergizi dan mengelola stres,” paparnya.  

Bagi seseorang yang memiliki faktor risiko seperti hipertensi atau riwayat keluarga dengan penyakit pembuluh darah, penting untuk rutin memeriksakan diri ke dokter dan mengikuti saran medis.  

Memahami faktor risiko dan menjaga kesehatan pembuluh darah menjadi kunci untuk mencegah terjadi kondisi berbahaya ini. 

“Hidup sehat bukan hanya untuk mencegah pendarahan otak, tetapi juga menjaga kualitas hidup secara keseluruhan,” tutupnya. (Z-2)

Tinggalkan Balasan