IndonesiaDiscover –
PEMERINTAH menanggapi santai perihal penurunan nilai tukar rupiah dalam tiga hari terakhir. Alasannya, fluktuasi nilai tukar itu juga disebut terjadi karena ada penguatan ekonomi Amerika Serikat.
“Baru berapa hari, kemarin juga. Namanya kurs naik turun. (Ekonomi) Amerika memang lagi menguat,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto kepada pewarta di kantornya, Kamis (19/12).
Pemerintah, lanjutnya, juga tak khawatir berlebih perihal pergerakan nilai tukar tersebut. Padahal dalam asumsi awal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024, nilai tukar rupiah diasumsikan Rp15.000 per dolar AS.
Lalu pada tengah tahun, pemerintah merevisi asumsi nilai tukar menjadi di kisaran Rp15.900 hingga Rp16.100. Perubahan itu dilakukan lantaran pada tengah tahun nilai tukar rupiah telah mencapai Rp15.900, melampaui asumsi awal dalam APBN.
Adapun mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah pada Kamis (19/12) ditutup melemah 1,34% ke level Rp16.312 per dolar AS di pasar spot. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup turun 1,09% ke level harga Rp16.277 per dolar AS.
“(Jadi) kita monitor, rupiah di APBN juga sudah ada angka, kita monitor saja,” pungkas Airlangga. (J-3)