DI tengah meningkatnya tekanan global terhadap ketahanan pangan–yang dipicu oleh pertumbuhan populasi, perubahan iklim, dan ketidakpastian geopolitik–memperkuat ekosistem pangan menjadi kunci untuk mencapai tujuan ketahanan pangan jangka panjang Indonesia. Japfa, sebagai sebagai produsen protein hewani di Asia, menegaskan kembali komitmennya mendukung pengembangan sistem pangan yang tangguh, berkelanjutan, dan inklusif.
Hal itu menjadi topik diskusi di acara JAPFA for Indonesia Emas 2045: Nurturing Collaboration in Food Security. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, dalam sambutannya menekankan pentingnya kolaborasi antara pemangku kepentingan untuk membangun sistem pangan yang kuat. “Transformasi pangan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan, mulai dari sektor swasta hingga masyarakat,” ujar Rachmat.
Rachmat menekankan pentingnya transformasi pangan untuk mencapai swasembada pangan, ekologi berkelanjutan, dan peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat. Mentransformasi sistem pangan menuju berkelanjutan, ketahanan, dan mendorong ruang inklusif ialah kunci yang sama untuk ketahanan pangan. “Oleh karena itu, saya mengajak kita semua untuk berpartisipasi aktif dan berkolaborasi dalam memperkuat dan mengembangkan sistem pangan yang tangguh, berdaulat, dan berkelanjutan untuk generasi sekarang dan generasi mendatang,” jelas Rachmat.
Direktur Utama Japfa, Renaldo Santosa, menjelaskan, Japfa telah lama memainkan peran kunci dalam memenuhi kebutuhan protein hewani di Indonesia dan kawasan. “Kami percaya bahwa ketahanan pangan berarti membangun ekosistem nasional yang tangguh yang menjamin akses terhadap makanan yang aman, terjangkau, dan bergizi bagi setiap warga negara Indonesia. Ini momen krusial bagi kita untuk berkolaborasi dan mewujudkan visi ini. Dengan menetapkan kebijakan yang jelas, meningkatkan kualitas dan keamanan pangan, membuka potensi Ekonomi Biru, serta memprioritaskan kesehatan dan gizi generasi muda, kita dapat membantu mewujudkan visi Indonesia dalam ketahanan pangan, kemandirian pangan, dan pertumbuhan ekonomi,” jelas Renaldo.
Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana mengungkapkan pemerintah harus melakukan intervensi guna meningkatkan potensi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. “Badan Gizi Nasional sebagai tulang punggung utama penciptaan generasi emas 2045 didukung oleh lembaga negara lain membangun arsitektur digital untuk mengontrol penggunaan anggaran sesuai tujuan dan memastikan semua upaya menuju Indonesia Emas 2045 tercapai. Program makan bergizi merupakan investasi untuk masa depan Indonesia,” ujar Dadan.
Head of Business Development Japfa, Gabriella Santosa, menekankan pentingnya kolaborasi antara para pemangku kepentingan untuk mengatasi malanutrisi. “Memprioritaskan gizi anak merupakan tanggung jawab dasar sekaligus investasi ekonomi yang cerdas. Setiap rupiah yang diinvestasikan pada makanan bergizi dapat menghasilkan manfaat yang signifikan, menjadikannya prioritas utama bagi sektor publik dan swasta. Ini momen yang sangat penting bagi kita semua dan kami mengapresiasi komitmen pemerintah untuk menangani kompleksitas program ini,” ujar Gabriella Santosa.
Menurutnya, Japfa baru-baru ini bekerja sama dengan Pusat Kajian Kesehatan dan Gizi Universitas Indonesia untuk menilai kecukupan gizi anak-anak di seluruh Indonesia. Lebih dari 1.000 anak menerima makanan bergizi melalui tiga model: Ready to Cook, Ready to Eat, dan Swakelola. “Studi yang kami lakukan ini menganalisis proses produksi, pemenuhan gizi, efektivitas distribusi, dan biaya. Kami berharap inisiatif ini dapat memberikan wawasan untuk upaya pengurangan stunting di masa depan dan Japfa akan terus berkomitmen untuk mendukung inisiatif semacam ini serta kolaborasi lebih lanjut dengan berbagai pihak.”
Para peserta terlibat dalam diskusi mengenai tema-tema krusial, mulai dari elemen-elemen penting dalam ekosistem ketahanan pangan, seperti penerapan kebijakan yang efektif, penguatan sistem produksi lokal, dan jaminan kualitas pangan melalui standar yang ketat dan sistem pelacakan, hingga potensi yang belum dimanfaatkan dari Ekonomi Biru. Mereka juga menyoroti pentingnya gizi seimbang serta pentingnya kolaborasi antara sektor publik dan swasta dalam memberdayakan generasi muda untuk mencapai potensi penuh mereka dan berkontribusi pada kemakmuran Indonesia.
Komponen penting lainnya dalam ekosistem pangan yang tangguh yaitu menjaga standar keamanan dan kualitas yang tinggi. Dengan memproduksi pangan secara lokal dan mematuhi standar yang ketat, Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan ketahanan pangan, tetapi juga meningkatkan potensi ekspor, memberikan keuntungan kompetitif yang signifikan.
Japfa berkomitmen terhadap keselamatan dan kualitas di seluruh rantai produksinya. Dengan mengintegrasikan produksi pakan, pembibitan, pertanian, dan pengolahan, Japfa memastikan pelacakan dan kontrol penuh di setiap tahap proses produksi. Perusahaan mematuhi standar sertifikasi yang ketat, termasuk NKV, ISO 22000, dan HACCP, memastikan bahwa protein hewani yang dihasilkan tidak hanya bergizi tetapi juga aman untuk dikonsumsi. (RO/Z-2)