Ekonomi & Bisnis Penggunaan Biodiesel Diperkirakan Mampu Menekan Impor Minyak

Penggunaan Biodiesel Diperkirakan Mampu Menekan Impor Minyak

80
0
Penggunaan Biodiesel Diperkirakan Mampu Menekan Impor Minyak
Implementasi penggunaan biodiesel(Ilustrasi)

INDUSTRI sawit Indonesia memiliki peran signifikan tidak hanya dalam sektor pangan, tetapi juga energi terbarukan, khususnya melalui produksi biodiesel.

Implementasi B40 diperkirakan akan menyerap 14-16 juta ton CPO, sekaligus menghemat devisa negara dengan mengurangi impor minyak fosil.

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat ME Manurung menyampaikan, biodiesel berbahan dasar kelapa sawit telah membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil sekaligus mendukung komitmen global untuk mengurangi emisi karbon.

Dalam wawancaranya menjelaskan bahwa selama satu dekade terakhir, sawit telah menjadi lokomotif perekonomian nasional.

“Penggunaan minyak sawit telah mampu menekan deforestasi karena sawit menjadi substitusi kebutuhan minyak nabati dunia,” ungkapnya, Kamis (5/12).

Saat ini, lebih dari 200 negara mengimpor minyak sawit dari Indonesia, membuktikan besarnya peran sawit dalam pasar global.

Kontribusi Biodiesel Sawit dalam Energi Hijau

Ia menyoroti implementasi program mandatori biodiesel di Indonesia. Program B35, misalnya, telah menyerap sekitar 12 juta ton crude palm oil (CPO) setiap tahun.

“Dengan mencampur 12 juta ton CPO ke minyak fosil, kita tidak hanya mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, tetapi juga berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon dan mendukung energi hijau,” ujarnya.

Selain itu, Indonesia berada di garis depan inovasi biodiesel. Ketika negara lain baru memulai program B5 atau B6, Indonesia telah melangkah jauh dengan B35 dan sedang bersiap menuju B40 pada tahun depan.

Namun, keberhasilan ini tidak lepas dari tantangan, terutama pada sektor hulu perkebunan sawit rakyat. 

Ia menjelaskan bahwa produktivitas kebun sawit rakyat saat ini masih sangat rendah, hanya mencapai 25-30% dari potensi maksimal. Dengan luas perkebunan sawit rakyat sebesar 6,87 juta hektar, potensi peningkatan produktivitas mencapai 65-70% melalui program replanting.

“Jika produktivitas perkebunan rakyat tidak segera ditingkatkan, akan terjadi persaingan antara kebutuhan energi dan konsumsi pangan,” tegasnya. 

Apkasindo berkomitmen untuk mendorong perbaikan sektor hulu agar mampu mengimbangi perkembangan pesat sektor hilir.

Melalui sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan petani, industri sawit Indonesia diharapkan terus memberikan kontribusi besar, baik bagi kebutuhan energi terbarukan maupun ketahanan pangan nasional. (Z-10)

Tinggalkan Balasan