Ekonomi & Bisnis Mentan Sebut Program Mitigasi Dampak El Nino Buahkan Hasil

Mentan Sebut Program Mitigasi Dampak El Nino Buahkan Hasil

44
0
Mentan Sebut Program Mitigasi Dampak El Nino Buahkan Hasil
Program pompanisasi mengatasi dampak kekeringan: Petani menyiram tanaman sawi hijau menggunakan air yang dialirkan oleh mesin pompa di Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Jumat (20/9/2024). Menurut data Pusdatin Kementan hingga 12 September 202(ANTARA FOTO/Abdan Syakura)

MENTERI Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyebut berbagai program untuk memitigasi fenomena El Nino yang terjadi di awal tahun mulai membuahkan hasil. Melalui program perluasan areal tanam (PAT), program pompanisasi, dan  program optimasi lahan rawa, kini jumlah produksi pertanian meningkat.

“Sekarang sudah terasa, ada penambahan. Kita bicara fakta saja. Di bulan kemarau terjadi deflasi karena faktor beras, artinya itu produksi meningkat karena biasanya di musim kemarau itu terjadi inflasi,” ucap Amran di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Senin (21/10).

Berdasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi pada periode Agustus-Oktober 2022 mencapai 12,55 juta ton, begitupun pada 2023 sebesar 12,55 juta ton. Sementara di tahun 2024, produksi padi meningkat menjadi 14,73 juta ton.

Bila diakumulasikan, produksi padi semester II 2024 mencapai 23,36 juta ton, meningkat bila dibandingkan 2022 sebesar 22,44 juta ton dan 2023 sebesar 21,63 juta ton.

“Ada peningkatan produksi 1 juta ton dibandingkan 2023 di bulan kemarau (Agustus, September, Oktober, November). Itu artinya ada peningkatan yang nilainya Rp13 triliun, hanya kita refocusing anggaran Rp1,7 triliun. Refocusing anggaran Rp1,7 triliun menghasilkan Rp13 triliun, itu baru padi, belum jagung dan lainnya. Artinya strategi pompanisasi dan optimasi lahan berhasil,” bebernya.

Merespon data BPS yang memperkirakan produksi beras nasional tahun 2024 bakal turun 760 ribu ton atau 2,43% dibandingkan tahun 2023, Amran membenarkan hal tersebut karena sektor pertanian harus menghadapi fenomena El Nino, ditambah lagi dengan belum adanya tambahan alokasi pupuk subsidi serta pompa dari program pompanisasi Kementan yang belum tersebar banyak.

“Ada pengamat mengatakan itu minus, iya, tapi kalau kita tidak melakukan akselerasi, minusnya lebih tajam. Kalau mau bedah, bedah per bulan. Bulan yang Agustus, September, Oktober, November jauh lebih tinggi, bahkan ada satu bulan lebih tinggi daripada 10 tahun. Artinya apa? Strategi penanganan memitigasi risiko El Nino berhasil,” pungkasnya. (E-2)

Tinggalkan Balasan