Nasional Pondok Pesantren jadi Salah Satu Lokasi Penularan Tinggi Tuberkulosis

Pondok Pesantren jadi Salah Satu Lokasi Penularan Tinggi Tuberkulosis

80
0

IndonesiaDiscover –

Pondok Pesantren jadi Salah Satu Lokasi Penularan Tinggi Tuberkulosis
Warga melakukan rontgen toraks paru saat pelaksanaan layanan keliling deteksi tuberkulosis (TBC) di UPT Pukesmas Belawan, Medan, Sumatera Utara, Jumat (1/12/2023).(ANTARA/YUDI)

KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) mencatat terdapat beberapa tempat yang rawan penularan tuberkulosis (Tb) di Indonesia.

“Penemuan aktif masif di tempat-tempat beresiko tinggi terjadi penularan Tb misalnya Lapas/rutan, pondok pesantren, shelter penampungan, perusahaan padat karya dan lainnya,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Kemenkes Aji Muhawarman saat dcihubungi, Rabu (6/11).

Ia mengatakan pihaknya mendorong capaian investigasi kontak (IK) pada seluruh kontak serumah dan kontak erat dari indeks kasus Tb bersama dinas kesehatan, fasilitas layanan kesehatan dan komunitas. Tidak hanya itu, diperlukan juga penguatan komitmen pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga desa melalui rapat reguler bersama Kementerian Dalam Negeri dan seluruh Kepala Daerah Provinsi dan Kab/Kota untuk memantau progress capaian TBC di masing-masing daerah.

Surveilans Tb juga dilakukan untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyebarkan data Tb. Data Tb yang akurat sangat penting untuk perencanaan, monitoring, dan evaluasi program penanggulangan Tb. 

“Pemerintah Indonesia terus meningkatkan kapasitas fasilitas pelayanan kesehatan Tb, baik dari segi alat diagnostik, logitsik OAT/non OAT, sumber daya manusia, sistem informasi dan pencatatan pelaporan. Menggerakan upaya penemuan kasus melalui skrining, baik di fasyankes pemerintah serta penguatan di luar fasyankes pemerintah RS swasta, klinik, dan TPMD,” ujar Aji.

Mendorong Gerakan Temukan dan Obati Sampai Sembuh (TOSS TBC). Gerakan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk petugas kesehatan, kader, komunitas, PMO dan keluarga penderita Tb. Meningkatkan peran multi sektor, baik itu pemerintah, dunia usaha, organisasi masyarakat dan filantropi untuk memberikan pendampingan serta dukungan ekonomi pada pasien Tb.

“Ada juga upaya penghentian stigma Tb di masyarakat melalui penyebaran komunikasi dan edukasi tentang Tb yang tepat dan mudah diterima masyarakat awam berkolaborasi dengan mitra dan komunitas, termasuk peningkatan kapasitas untuk kader yang mendampingi pasien Tb,” pungkasnya. (H-2)

Tinggalkan Balasan