IndonesiaDiscover –
BERBAGAI jajanan pangan olahan seperti snack dan aneka minuman manis menjadi produk yang umum dikonsumsi anak-anak saat ini. Gaya konsumsi tersebut dinilai dapat menjadi penyebab Penyakit Tidak Menular (PTM) pada anak seperti obesitas hingga gagal ginjal.
Dokter spesialis anak, William Cheng mengatakan produk jajanan yang juga dikategorikan sebagai ultra processed food harus dikontrol agar tidak dikonsumsi berlebih oleh anak. Sebab, produk tersebut mengandung kalori serta lemak yang tinggi.
“Makanan ultra processed food itu tinggi kalori dan tinggi lemak. Biasanya proteinnya rendah,” kata William.
Menurutnya, anak di masa pertumbuhan harus mendapat asupan yang lebih bergizi. Baik makronutrien dan mikronutrien harus secara bersamaan dipenuhi agar tumbuh kembang anak menjadi lebih baik.
“Harus mengandung makro dan mikronutrien yang lengkap ya. Makro itu zat besi yang besar. Ada tiga, karbohidrat, lemak dan protein. Mikro ada vitamin dan mineral, jadi harusnya lengkap,” ucap William.
Dia menyebut salah satu PTM yang semakin bertambah adalah diabetes. Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus diabetes tipe 1 pada anak usia 12 sampai 18 tahun mengalami kenaikan hingga 70% dalam rentang waktu antara 2010 hingga 2023.
Sementara diabetes tipe 2, yang umumnya berkaitan dengan gaya hidup juga meningkat. Hal itu mengonfirmasi adanya faktor lingkungan yang menyebabkan peningkatan diabetes pada anak.
“Artinya ada faktor lingkungan di situ,” ujar William.
Oleh karena itu, dia menyebut perlu ada regulasi dan pengawasan yang lebih dari pemerintah. Salah satu hal yang perlu diterapkan adalah keterangan di label kemasan untuk mengindikasikan tingkat gizi pada produk tersebut.
“Sebaiknya harus diregulasi juga [labeling produk], kita bicara di sini gula dan garam. Di negara lain ada label, ada grading, jadi orang sudah tahu. Sayangnya Indonesia belum,” tutur dr. William.
Selaras dengan William, Pengamat Kebijakan Publik Muhammad Gumarang menilai perlu adanya regulasi untuk jajanan. Sebab, saat ini tidak ada regulasi yang dapat mengontrol konsumsi jajanan tersebut.
“Saya rasa perlu ada regulasi yang ketat untuk mengawasi jajanan ini. Sekarang ini tidak ada regulasi yang mengatur,” ungkap Gumarang. (Z-1)