PARTAI Komunis Indonesia (PKI) didirikan tahun 1924 dan merupakan salah satu partai politik tertua di Indonesia. PKI muncul sebagai reaksi terhadap penjajahan Belanda dan berjuang untuk mengadvokasi hak-hak buruh dan rakyat kecil.
Sejak awal, PKI berkomitmen untuk membangun masyarakat yang egaliter dengan menekankan pada ideologi Marxisme-Leninisme. Selama periode perjuangan kemerdekaan, PKI sempat mengalami masa kejayaan, tetapi juga menghadapi penindasan dari pemerintah.
Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, PKI mengalami pasang surut. Pada 1950-an, PKI kembali mendapatkan momentum, terutama setelah Pemilu 1955. Di mana mereka berhasil meraih suara yang signifikan. Namun, hubungan PKI dengan pemerintah dan partai-partai lain semakin tegang, terutama dengan munculnya perbedaan ideologi dan kekhawatiran akan pengaruh komunis global.
Baca juga : Hentikan Perpanjangan Dendam Masa Lalu
G30S dan Peristiwa 30 September 1965
Peristiwa G30S terjadi pada 30 September 1965. Sekelompok militer yang mengklaim berafiliasi dengan PKI menculik dan membunuh tujuh jenderal senior Angkatan Darat Indonesia.
Mereka mengklaim tindakan ini diperlukan untuk mencegah kudeta yang akan dilakukan oleh pihak-pihak yang anti-PKI. Meskipun klaim ini tidak terbukti, tindakan tersebut memicu krisis besar dalam negara.
Pembantaian Massal dan Dampak G30S/PKI
Setelah peristiwa penculikan, reaksi dari pihak militer sangat cepat. Jenderal Soeharto, yang saat itu merupakan Panglima Kostrad, mengambil alih komando untuk mengendalikan situasi. Ia memulai operasi pembersihan yang brutal terhadap anggota dan simpatisan PKI.
Baca juga : Politisi Senior Golkar Tolak Cabut Tap MPRS XXV dan Minta Maaf ke PKI
Dalam waktu singkat, diperkirakan satu juta orang tewas dalam pembantaian tersebut, dan banyak lainnya ditangkap tanpa proses hukum yang jelas. Peristiwa ini menandai berakhirnya era demokrasi liberal dan munculnya Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto.
Setelah G30S, PKI secara resmi dibubarkan, dan segala bentuk kegiatan politik yang berkaitan dengannya dilarang. Kejadian tersebut membawa dampak jangka panjang terhadap kehidupan politik, sosial, dan budaya di Indonesia.
Masyarakat menjadi terpecah dan trauma akibat pembantaian. Stigma terhadap komunisme masih terasa hingga hari ini.